Danau Toba Banjir Uang “Penduduk  Harus bersikap Bagaimana?”

oleh
oleh

Samosir | Kontroversinews.-Jika nanti jalan tol Tebingtinggi-Parapat, jalan lingkar Danau Toba, berbagai hotel dan resort bertaraf internasional, aktifitas Bandara Silangit dan revitalisasi Bandara Sibisa sudah rampung, bagaimana gerangan dengan penduduk lokal?

Apalagi menurut siaran pers Kementerian Pariwisata di Jakarta, Sabtu 7/9/19 lalu, bahwa sudah ada nota kesepahaman untuk komitmen investasi di kawasan Danau Toba yang mencapai sekitar Rp 6,1 triliun. Pemerintah sedang mempersiapkan dokumen perjanjian kerja sama dengan para investor tersebut dan akan dibahas bersama-sama pada pekan kedua September 2019 ini.

Tak hanya dana dari investor. Pemerintah juga menaikkan alokasi anggaran menjadi Rp 2,2 triliun pada 2020. Naik hampir tiga kali lipat yang hanya Rp 821 miliar pada 2019.

“Pada 10 Oktober 2019, pembangunan jalan sepanjang 1,9 kilometer dengan lebar tujuh meter sudah selesai. Sementara penyediaan utilitas dasar lainnya, seperti listrik dan air akan rampung pada 2020,” jelas Menpar.Arief Yahya.

Magnet Danau Toba semakin menguat karena pada 4 September 2019 lalu sudah mendapat predikat UNESCO Global Geopark (UGG). Ini membuat positioning Danau Toba sebagai destinasi wisata kelas dunia semakin mantap.

Jika kelak Danau Toba yang semakin terbuka ramai dikunjungi turis asing, mau tak mau rakyat akan terkena imbasnya. Misalnya, harga-harga kebutuhan sehari-hari akan menaik seiring arus perputaran uang yang membesar.

Saya kira, perekonomian rakyat harus dibangkitkan dengan mendorong tumbuhnya bisnis kuliner, souvenir, restoran dan kafe, kehidupan kesenian tradisional hingga mendirikan home stay.

Di sinilah lakon dari Pemkab di sekitar Danau Toba bersama perbankan untuk memotifasi tumbuhnya wirausaha. Mungkin, harus ada program pelatihan keterampilan yang ready for use (siap pakai) hingga dukungan kredit dari perbankan.

Seperti disampaikan oleh Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, harus dikombinasikan antara pembangunan infrastruktur dengan tumbuhnya atraksi kesenian.

Memang, menurut Luhut, pengembangan Kawasan Danau Toba ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan tersebut.

“Rata-rata pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah di berbagai kabupaten sekitar Danau Toba adalah sebesar 79% akibat tumbuhnya sektor pariwisata,” tegasnya.

Namun sementara itu, harus bersiap-siap menghadapi dampak kunjungan turis terhadap norma adat istiadat lokal. Maklum, wisatawan asing itu akan datang dengan budaya globalisasi, misalnya, gaya hidup dan cara berbusana yang tak sesuai dengan adat lokal. Dikhawatirkan akan berpengaruh kepada adat istiadat hingga norma-norma moral lokal.

Patutlah jika Pemkab di sekitar Danau Toba membentengi masyarakat agar tidak terbius dengan arus budaya yang dibawa wisatawan asing. Kebudayaan lokal harus dilestarikan. Jangan sampai mengalami degradasi.(ps)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *