Kab Bandung | Kontroversinews.- Jika berkunjung ke kawasan wisata Ciwidey Kabupaten Bandung, rasanya tak lengkap jika pulang tak membawa oleh-oleh manisan Kalua Jeruk sebagai buah tangan. Cemilan khas Ciwidey yang terkenal ini ternyata memiliki perjalanan panjang dari seorang perintis bernama Eneh Sutinah, almarhum adalah orang yang pertama kali membuat cemilan manis berbahan kulit jeruk Bali itu.
Hj. Elin Ratna Asmara (64) pemilik toko Legit Sari di Jalan Raya Kampung Warung No. 11 Kecamatan Ciwidey mengisahkan, jauh sebelum banyak toko penjual Kalua Jeruk di sepanjang jalan itu, Eneh Sutinah yang merupakan nenek dari Hj. Elin lah yang pertamakali membuat cemilan dari kulit jeruk Bali itu. Saat itu, neneknya membuat Kalua Jeruk di rumah. Namun meski tak ada toko dengan etalase yang bagus seperti saat ini banyak pembeli datang ke rumah.
“Perintis pembuat Kalua Jeruk di Ciwidey memang nenek, saya masih kecil belum masuk sekolah sudah ingat kalau nenek bikin dan menjual Kalua Jeruk, enggak ada orang lain yang jual. Bahkan katanya, saat itu Bung Karno juga pernah datang membeli Kalua Jeruk dari nenek. Di rumah inilah sejarah Kalua Jeruk Ciwidey dimulai,”kata Hj. Elin, Kamis (31/5/18).
Hj. Elin mengatakan, saat neneknya berdagang Kalua Jeruk, sebenarnya ia masih kecil dan tinggal di Kota Bandung. Selepas SMP ia kemudian menetap di Ciwidey bersama kedua orang tuanya. Hj. Elin dan keluarganya ini menghuni rumah warisan dari leluhurnya yang dibangun pada 1925 dan kini diteruskan dirinya beserta keluarganya. Kemudian pada 1989 Elin meneruskan usaha pembuatan Kalua Jeruk, dengan membuka bagian depan rumah klasiknya itu menjadi sebuah toko dengan etalase dan berbagai hiasan untuk menarik pembeli.
“Saat itu saya berpikir Ciwidey itu jalur wisata. Banyak orang melintas depan rumah, sehingga saya ambil keputusan untuk kembali membuat Kalua Jeruk seperti yang dilakukan almarhum nenek. Kebetulan disini cuma baru ada satu orang yang dagang Kalua Jeruk disebelah sana. Kemudian buka toko untuk menjajakan Kalua Jeruk,”ujarnya.
“Kalau bahan baku kulit jeruk Bali, ada orang khusus mencarinya ke pedesaan atau bukit bukit. Seperti di daerah Rancabali, Cililin, Rawabogo bahkan sampai ke Jatinangor. Jeruk yang dibuat manisan atau kalua itu yang masih muda, kulitnya tebal enggak ada jeruknya. Jeruk Bali yang masih muda inilah yang diolah jadi manisan kalua jeruk,”ujarnya.
Keputusan Hj. Elin ternyata tepat, usaha pembuatan manisan Kalua Jeruknya itu berkembang pesat. Banyak orang yang menjadikan Kalua Jeruk sebagai oleh-oleh sepulang berwisata dari Ciwidey dan sekitarnya. Karena semakin banyak orang yang menyukai Kalua Jeruk buatannya, biasanya tak kurang dari 1 kwintal perhari kulit jeruk Bali yang diolah menjadi manisan Kalua Jeruk khas Ciwidey itu. Langkah Elin ini diikuti oleh adik-adik dan saudaranya, mereka pun membuka toko dan menjual Kalua Jeruk di sepanjang jalan itu.
Seiring berkembang pesatnya kawasan objek wisata Bandung Selatan,Hj. Elin dan para pedagang lainnya disepanjang Jalan Raya Ciwidey, berharap bisa kecipratan rejeki. Sayangnya, meski saat ini akses ke kawasan objek wisata Bandung Selatan semakin mudah dengan hadirnya Jalan Tol Soreang-Pasirkoja (Soroja). Tol Soroja tak kunjung memberi tuah rejeki kepada mereka.
“Kalau orang yang berwisata ke sini memang semakin banyak. Tapi sayanya orang tuh yah lewat saja kebanyakanya, kalau dulu bus dan mobil itu sampai antre disepanjang jalan ini. Semua toko oleh oleh disini panen rejeki kalau musim libur panjang seperti lebaran, tahun baru dan libur akhir pekan itu. Kehadiran Tol Soroja awalnya membawa harapan besar untuk kami, tapi ternyata enggak membawa dampak apa apa,”katanya. (Lily Setiadarma)