Jika memang balita kurang gizi maka harus ditelusuri, untuk bayi lahir hingga usia 6 bulan apakah cara menyusuinya sudah benar, adakah penyakit penyerta bawaan, kalau usia lebih dari enam bulan apakah cara memberi MPASI sudah benar.
“Kita lihat pemberian makanan sesuai dengan feeding rules tidak apakah waktu tepat, tekstur tepat, apakah isinya sudah adekuat, apakah frekuensi sesuai waktu kah?” Katanya.
Anak dengan kurang gizi akan mempengaruhi keaktifannya dalam sehari-hari dan sangat dapat mempengaruhi perkembanganya kemudian hari. “Anak kurang gizi bisa dilihat anak jadi lemah, kurang ceria dan tidak aktif,” katanya.
Sementara itu, terkait perkembangan bahasa, anak balita usia 12 sampai 18 bulan hendaknya sudah bisa mengucapkan tiga sampai enam kata dengan arti, dapat mengangguk atau menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan, menunjuk anggota tubuh atau gambar yang disebutkan orang lain dan dapat mengikuti perintah satu langkah.
“Misal, tolong ambilkan mainan, anak dapat mengambil dan memberikan.”
Pada usia 18 bulan, kosa kata mencapai 5-50 kata dan anak sudah dapat menyatakan sebagian besar keinginan dengan kata-kata. Anak balita kurang gizi memang terkadang bisa dilihat dari ciri rambut yang tipis dan sewarna jagung, namun dr Noor mengingatkan bahwa rambut memiliki kaitan dengan genetik.
“Kalau di keluarganya ada yang berambut pirang dan tipis ya bisa saja pirang dan tipis.
Dalam mendiagnosa status gizi harus secara komprehensif dari monitor kurva pertumbuhan, pemeriksaan fisik hingga bila diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya.***AS
Mengutip dari Okezone.com