Bandung | Kontroversinews.-Berbekal tongkrongan tinggi besar, sorot mata tajam, berkulit legam plus bumbu brewok, orang bisa langsung melihat betapa sangarnya sosok yang satu ini. Namun ibarat pemeo Don’t judge a book by its cover atau jangan menilai seseorang dari tampilan luarnya. Pemeo itulah mungkin yang paling tepat dialamatkan pada seorang Bayu Subekti. Kesan seorang family man langsung tertangkap saat ngobrol santai di sebuah cafe di Bandung. Enjoy dan terasa akrab membuat obrolan kami mengalir deras hingga memakan durasi berjam-jam.
Bayu Pria kelahiran 20 Mei 1971 yang lebih dikenal dengan panggilan Bayu Genset ini adalah pelaku sejati di cabang olahraga taekwondo. Proses dari mulai atlet, pelatih sampai pengurus sempat dia jajal.
Meski kiprahnya di dunia grasstrack mulai ia terjuni sejak pertengahan 2017 dan membentuk Buzet Racing Team, namun Bayu mengaku dunia taekwondo tak bisa lepas dari titian hidupnya. “Grasstrack bagi saya sekadar hobi, tapi taekwondo telah menjadi panggilan jiwa. Taekwondo telah menjadi bagian dari hidup saya,” tegasnya.
Pensiun dari atlet taekwondo pada 1995, usai menyabet medali perak di gelaran Porda Serang, Bayu langsung putar haluan menjadi pengurus. Dia sempat menjadi Sekretaris Umum di Pengurus Daerah (Pengcab) Taekwondo Indonesia (TI) Kota Bandung dan Sekum di Pengprov Jabar.
Disaat menjadi pengurus itulah naluri bisnisnya mulai menggeliat. Tak jauh dari penyelenggaraan sebuah event, Bayu memilih dunia genset menjadi kiprah bisnisnya. Di karir barunya ini, langkah Bayu amat cemerlang. Sederet event olahraga dan musik, tak lepas dari jasa gensetnya. Tak hanya di Bandung, berbagai daerah di Indonesiapun kerap memakai jasanya.
Bayu pula yang menjadi salah satu sosok kesuksesan dibalik layar penyelenggaran Kejuaraan Taekwondo Antarunit se Jawa Barat ITN Open 2 yang baru saja usai. “Untuk kejuaraan taekwondo dimanapun digelar, saya siap membantu total,” tegas pemilik Dan I ini. “Bagi saya meski tak jadi pengurus bukan berarti dedikasi saya terhadap taekwondo memudar. Intinya, dedikasi toleransi dan loyalitas terhadap taekwondo, tak harus duduk jadi pengurus,” ujarnya.
Bagi Bayu, cabor taekwondo bisa dikemas lebih menjual jika diimbangi sisi entertaint. “Contoh kecil misalnya saat opening ceremony. Kemasan ini harus menghibur dan membuat betah penonton. Pada gilirannya jika penyelenggaraan sukses, sederet sponsor bakal datang dengan sendirinya. Walhasil segi sportainment bisa dirangkul, ya sukses pretasi, ya sukses penyelenggaraan,” ungkap Bayu yang kini juga merambah bisnis alat pembakar sampah dengan bendera Atakara.
Bayu merasa bangga prestasi taekwondo Jabar kini terasa nyongcolang. Menurut Bayu, unsur kebersamaan pengurus, pelatih dan atlet menjadi kunci keberhasilan itu. Bayu berjanji di event taekwondo ITN 3 tahun depan, pihaknya akan melakukan berbagai inovasi dari sisi penyelenggaraan. Tentu Bayu tak bekerja sendirian, butuh team work. Namun Bayu optimis, dengan kemampuan yang dia miliki semuanya akan berjalan lancar. Good luck man ! (Deden .GP)