Pekanbaru | Kontroversinews.- Tim gabungan berusaha memadamkan kebakaran lahan seluas sekitar tiga hektare di Kota Pekanbaru, Riau.
“Seluas tiga hektare kebakaran, dan baru 2,5 hektare yang padam,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edwar Sanger, dalam pernyataan pers yang diterima Antara di Pekanbaru, Senin.
Kebakaran tepatnya terjadi di Jalan Riau Ujung Kelurahan Air Hitam, Kecamatan Payung Sekaki, Kota Pekanbaru. Pemadaman di lahan gambut itu sudah berlangsung selama lima hari terakhir.
Tim gabungan yang terlibat dalam pemadaman terdiri dari dua orang personel TNI Ramil 06/Sukajadi, satu orang Manggala Agni, empat personel BPBD Pekanbaru dan empat orang anggota pemadam kebakaran. Peralatan yang digunakan antara lain satu “Mini Striker” dan pompa air.
“Upaya pemadaman akan terus dilanjutkan,” ujarnya.
Meski terjadi kebakaran di beberapa daerah di Riau, Edwar mengatakan tidak ada titik panas (hotspot) yang terdeteksi Satelit NOAA 18 maupun Satelit Terra & Aqua hingga perkembangan terakhir pukul 16.00 WIB. Kondisi Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) pada jam yang sama, secara keseluruhan masih baik. Meski begitu, ISPU terpantau di Rumbai (Pekanbaru) dan Bangko (Rokan Hilir) dalam status “sedang”.
Berdasarkan pantuan Antara, pada sore hari langit Pekanbaru terlihat seperti mendung karena asap mulai menyelimuti udara. Hanya saja, Edwar mengatakan jarak pandang di Pekanbaru masih mencapai 10 kilometer, sehingga tidak mengganggu aktivitas terutama pada sektor penerbangan.
Terhitung sejak 19 Februari hingga 31 Mei 2018, Riau sudah berada pada status Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Pemerintah Provinsi Riau menetapkan kondisi ini karena pada awal tahun 2018 terjadi peningkatan jumlah titik panas (hotspot) dan luas Karhutla yang sangat naik signifikan.
Sejak Januari, luas kebakaran lahan diperkirakan mencapai 549 hektare (ha) dengan 59 titik hotspot. Lokasi kebakaran terluas berada di Kabupaten Kepulauan Meranti, yakni mencapai 211,5 ha dan Indragiri Hulu mencapai 121,5 ha.
Kalau dibandingkan dengan tahun lalu pada bulan pada tahun lalu, terjadi peningkatan untuk jumlah “hotspot” meningkat 90 persen dan luasan terbakar naik 25 persen.
Sebanyak tiga pemerintah daerah di Riau sudah lebih dulu menetapkan status siaga darurat, yakni Kabupaten Indragiri Hilir, Bengkalis dan Pelalawan. Selain itu, pemerintah daerah lainnya pada pekan ini juga akan menetapkan status siaga darurat, yakni Kabupaten Kepulauan Meranti, Indragiri Hulu, dan Kota Dumai.
Berdasarkan prakiraan BMKG Stasiun Pekanbaru, peluang hujan di Riau sangat rendah, yakni di bawah 150 milimeter, sehingga pada Februari hingga pertengahan Maret Riau memasuki musim kemarau.
Pada akhir Maret hingga April, Riau diprakirakan mengalami musim hujan namun curah hujannya lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Musim kemarau akan datang lagi pada bulan Mei hingga September.
Kemarau pada tahun ini diprakirakan lebih panas karena beberapa faktor, salah satunya karena pengaruh Angin Monsun dan posisi matahari berada di atas garis equator sehingga ada peningkatan kemarau.
Sumber: Antarariau.com