Cirebon, Kontroversinews | Viralnya pernyataan Sultan Sepuh Pangeran Kuda Putih, Syarif Maulana Pangeran Heru Rusyamsi Arianatareja, S.Psi., S.H., M.H., mengenai klaim atas eks Pendopo Bupati Kuningan sebagai bagian dari tanah ulayat Kesultanan Cirebon menuai respons luas dari berbagai kalangan.
Salah satu pihak yang menanggapi adalah seseorang bernama Gesang, yang mengaku sebagai turunan dari Keraton Gebang. Dalam pernyataannya yang terbit beberapa hari lalu, Gesang mengkritik klaim Sultan Sepuh Pangeran Kuda Putih dan mempertanyakan statusnya sebagai Sultan. Ia juga menyangsikan validitas sejarah terkait wilayah eks Pendopo Bupati Kuningan.
Pernyataan tersebut memicu reaksi keras dari jajaran Laskar Adat Kuda Putih. Wakil Panglima Besar, Rd. Nurman, angkat bicara:
“Yang namanya Gesang itu bukan turunan, karena nasab gebangnya tidak jelas. Mereka mengaku turunan dari Sutajaya Upas, tapi siapa orang tuanya? Siapa nama kakeknya? Tidak jelas, dan tidak tercatat dalam data keraton. Jangan asal ngaku turunan Gebang.”
“Lagi pula, tidak ada dalam sejarah yang namanya Keraton Gebang. Ini ngawur. Mengenai klaim Sultan kami atas eks Pendopo Kuningan, itu berdasarkan data dan alas hak yang kuat — yakni Peta Rincik Kesultanan/Keresidenan Cirebon tahun 1811 dan 1857. Kalau memang Pemda merasa memiliki, silakan tunjukkan bukti sertifikatnya. Kalau hasil hibah, tunjukkan dari siapa. Kalau mengambil, dari siapa diambilnya. Jangan dibalik-balik.”
Lebih lanjut, Nurman menilai bahwa pemerintah daerah seharusnya menyikapi dengan bijak, sebab kehadiran Sultan Sepuh di Kuningan adalah bagian dari sejarah dan kedaulatan adat:
“Semua masyarakat tahu bahwa sebelum Indonesia ada, sudah ada negara Kesultanan Cirebon. Pemda Kuningan seharusnya terbuka dan bersinergi, bukan justru menyepelekan. Sultan kami bukan hanya bicara pendopo, tapi juga sudah mengklaim Indocement dan Pertamina. Itu hak beliau sebagai Sultan ulayat.”
Menanggapi klaim Gesang yang mengaku turunan Cirebon, Nurman menyindir:
“Kalau Gesang itu benar turunan Cirebon, kenapa tidak berani mengusir turunan Snouck Hurgronje yang masih bercokol di keraton hingga hari ini? Banyak yang mengaku turunan, tapi tak satu pun berani menggulingkan rezim Arif — Sultan KW di Kasepuhan. Sultan kami berani, dan kami bangga atas keberaniannya dalam mendobrak sejarah peteng di Kasepuhan.”
Rd. Nurman menegaskan bahwa pihaknya dan seluruh Laskar Adat Kuda Putih Keraton Kasepuhan siap berada di garda terdepan bersama masyarakat adat Kesultanan Cirebon, termasuk wilayah Kuningan yang merupakan bagian dari tanah ulayat:
“Sultan kami bukan hanya memikirkan dirinya sendiri, beliau hadir sebagai pelindung masyarakat adat. Kami bangga berada di belakang perjuangan Kanjeng Gusti Sultan Sepuh Pangeran Kuda Putih.”
Nurman menutup dengan pesan tegas:
“Jadi Gesang, jangan asal mengaku Pangeran atau turunan. Banyak orang biasa mengaku turunan Gebang, padahal silsilahnya menyantol ke mana-mana. Sementara Sultan kami jelas silsilahnya, proses penobatannya sah, dan telah diverifikasi negara. Beliau bahkan diangkat sebagai Ketua Lembaga Negara Perintis Kemerdekaan RI. Gesang bukan levelnya Sultan kami.”
Dalam sejarah Cirebon, gerakan Sultan Sepuh Pangeran Kuda Putih telah diakui sebagai simbol perlawanan terhadap sejarah peteng, seperti dalam peristiwa 14-08-20, 30-08-20, serta penyegelan Keraton pada 17-08-21. Semua itu tercatat sebagai perjuangan nyata turunan asli Pangeran Cakrabuana dan Sunan Gunung Jati yang bangkit menggugat sejarah dan legitimasi di Cirebon. ***