Ditanya mengenai dimana keberadaan kepala desanya, didi hanya menjawab “pak kuwu (kades) sedang keluar, dan barusan saya dapat info dari pak kades/kuwu pasaleman. kalau pak kuwu Yuherna sedang dalam perjalanan kesini, kekantor. coba aja tunggu, kayaknya pak kuwu herna akan mampir kedesa untuk menurunkan orang” ujar sekdes didi. namun setelah ditunggu beberapa lama, lewatlah mobil yang dikendarai kades herna (Yuherna). Tapi tidak berhenti di desa, tapi langsung kearah rumahnya. Wartawan media ini dengan teman-temannya, langsung berinisiatif mengejar. tapi apa mau dikata, sesampainya dirumah kades/kuwu. jangankan orangnya, mobilnya pun tidak terlihat hingga terkesan seperti orang “sakti” karena tahu-tahu hilang saja.
Karena tidak berhasil bertemu kades/kuwu Yuherna, wartawan media ini dengan teman-temannya memutuskan menunggu diwarung persimpangan jalan yang menuju rumah kades. namun karena cuaca tiba-tiba hujan, kami bertiga memutuskan untuk hengkang dan mampir dirumah sekdes didi untuk berteduh.
Dan satu lagi “kesaktian” kades/kuwu dari desa tonjong Yuherna kembali nampak, saat wartawan media ini memutuskan untuk wawancara kuwu lewat handphone dengan meminta nomer ke sekdes didi. Namun sekdes bilang “enggak punya nomernya pak”, begitu pula saat ditanya kalau tadi yang memberitahu bahwa kades/kuwu Yuherna sedang dalam perjalanan pulang dari nomer siapa. sekdes didi menjawab, “dari pak kuwu/kades pasaleman pak”.
Itulah jenis kesaktian kuwu herna, bisa menghilang dan bisa komunikasi dengan siapapun tanpa menggunakan alat bantu bicara berbentuk handphone. hingga berita ini diturunkan, tidak ada tanggapan apapun dari kades/kuwu Yuherna terkait penggunaan dana desa, dana banprop, dan kandang ayam berskala besar.