Kab. Bandung | Kontroversinews.- Paguron Penca Silat Tri Tunggal Pusaka yang didirikan tanggal 5 Agustus 2015 lalu, yang berlokasi di Kampung Cipeuteuy RT. 05 RW. 02 Desa Sukanagara Kecamatan Soreang itu, berhasil menorehkan prestasi pada ajang Pasanggiri Pencak Silat Bupati Cup tahun 2017 kemarin, sebagai Juara I tingkat Kabupaten Bandung. Kemenangan itu disikapi Ketua Paguron, Gugun Gunadi, Minggu, 22/4, sebagai motivasi untuk bisa lebih berkembang dalam hal ini adalah para pesilatnya. Untuk prioritas ke depan, Gugun berencana Penca Silat Tri Tunggal Pusaka bisa menjadi bagian dari ekstra kulikuler di semua Sekolah Dasar di Kabupaten Bandung. Tujuannya mengarah kepada tumbuh kembangnya siswa atau generasi muda untuk bisa berperan menjaga dan melestarikan Seni Budaya sebagai pesilat. Dengan demikian apabila terjadi penanaman sikap seperti itu, maka masa depan seni budaya akan terjaga lestari di Kabupaten Bandung.
Konsep yang ditawarkan Gugun sangat sederhana, dengan belajar Silat, orientasinya adalah terbentuknya sebuah karakter generasi muda penerus bangsa yang disiplin, berdedikasi, bertanggung jawab, dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Gugun, Penca Silat merupakan instrument di dalam mengapresiasiakan sikap rasa cinta terhadap Tanah Air , Bangsa dan Negara, juga terhadap Orang Tua, kepada sesama, juga terhadap alam. Karena silat merupakan visualisasi prilaku masyarakat kita yang ramah tamah, saling hormat menghormati, dan santun dalam berprilaku.
Dasar pendirian Paguron Silat Tri Tunggal Pusaka itu, diungkapkan Gugun, sebagai bentuk keprihatinan akan kelangsungan psikologis generasi muda kita sekarang. Tidak bisa dipungkiri, budaya kita secara perlahan telah terkontaminasi budaya asing. Itu terjadi dari tahun ke tahun yang secara lambat laun mempengaruhi prilaku masyarakat. Kepedulian terhadap Seni Budaya pun sepertinya sangat minim sekali. Bukan rahasia umum kalau masyarakat lebih memilih yang produk seni budaya impor dengan alasan lebih bergengsi dan mudah dipahami. Fenomena seperti itu sudah merasuki lingkungan kita yang semestinya bisa segera disikapi oleh kita semua.
“Penca Silat itu Keindahan Gerak yang tak dimiliki bangsa lain. Dari Silat kita belajar memahami alam, lingkungan, rasa cinta, kerendahan diri, hormat kepada orang tua dan sesama, juga kesalehan sosial atas karunia dari Sang Khaliq. Itulah gambaran penca silat sesungguhnya. Selain bisa untuk bela diri juga menampilkan keindahan gerak yang hakiki,” ungkap Gugun.
Dari kesederhanaan dan kekurangan sarana prasana, lanjut Gugun, kita telah membuktikan eksistensi Paguron Penca Silat Tri Tunggal Pusaka dengan meraih Juara. Dari hasil Pasanggiri tersebut, ia berharap pihak masyarakat bisa turut serta mempertimbangkan keberadaan Paguron Tri Tunggal Pusaka dengan menjadikan bagian dari masyarakat serta bagian dari pembentukkan karakter di sekolah-sekolah. Ia yakin Paguronnya bisa memberikan kontribusi terbaik bagi masyarakat dengan menciptakan Ksatria Silat berbudi luhur. “Untuk setiap event kejuaraan pun kami optimis bisa memberikan yang terbaik bagi masyarakat seperti di Pasanggiri Penca Silat Bupati Cup dengan memperoleh predikat Juara di tingkat Kabupaten Bandung. Untuk event selanjutnya kami akan merambah ke tingkat Propinsi Jawa Barat bahkan kalau memungkinkan ke tingkat Nasional,” tegas Gugun.
Penasehat Paguron yang juga merupakan salah satu pendiri, Daya Hidayat, menambahkan, Paguron ini merupakan wadah bagi generasi mudah yang berkeinginan mempunyai sikap bijaksana, patriotism, dan Nasionalisme. Pola pengajarannya pun tidak rumit, karena senantiasa melibatkan orang tua pesilat. Tujuannya agar mereka bisa mngetahui secara signifikan bagaimana perkembangan putera-puterinya selama di bina oleh kami. Dari keterlibatan itu, akan tercipta rasa kegotong royongan, kokohnya rasa kekeluargaan, memperpanjang tali silaturahmi, dengan harapan bisa turut menumbuh kembangkan Paguron.
“Kemenangan itu merupakan awal dari beban tanggung jawab yang harus kami pikul. Karena masa depan Paguron terletak di para Pesilatnya semua. Karena prestasi yang kami toreh selain merupakan harapan juga merupakan keinginan kami untuk bisa lebih baik. Jadi jelas kami membutuhkan dukungan semua pihak terkait yang peduli dengan masa depan Seni Budaya Penca Silat agar tetap ada,” kata Daya.
Sementara Ketua RW. 02, Insan Nazmudin, mengatakan, keberadaan Paguron Penca Silat dilingkungan merupakan sebuah wadah di dalam pengembangan generasi muda diwilayahnya. Ia mendukung penuh akan perkembangnya. Apa lagi konsep yang ditawarkan Gugun selain sederhana juga berimprovisasi di dalam pengembangan Sumber Daya Manusia generasi muda, “Hanya 2 tahun setelah pendiriannya itu, Paguron Tri Tunggal Pusaka membuktikan diri sebagai Juara I di tingkat Kabupaten Bandung. Sungguh ini merupakan prestasi luar biasa,” tutur Insan.
“Satu lagi yang merupakan kebanggan kami, dalam event Napat Jagat yang diselenggarakan Djarum Coklat, dari sekian puluh Paguron Silat, kami yang lulus seleksi dan mewakili Paguron Silat lainnya di Kabupaten Bandung. Ini adalah sebuah bukti nyata bahwa keberadaan Paguron Tri Tunggal Pusaka akan terus berkembang dengan optimal meski pun kami kekurangan sarana prasarana di Paguron. Tapi kami akan terus maju dan berkembang guna menorehkan prestasi,” pungkas Gugun. (Ki Agus N. Fattah)