SOREANG | Kontroversinews – Yayasan Hidayah Kp. Cibisoro RT 02/16 Desa Bojongsari Kec. Bojongsoang Kab. Bandung. berikan pembelajaran ilmu pengetahuan dan ilmu keterampilan kepada anak-anak penyandang disabilitas. Dalam kegiatan belajarnya, tidak ada biaya yang dibebankan kepada para siswanya.
Ketua Yayasan Hidayah, Cecep Hidayat, S.Sos, S.Pd, MT., mengatakan bahwa pemberian ilmu keterampilan bagi para penyadang disablitas, sama pentingnya dengan memberikan pembelajaran tentang ilmu pengetahuan.
Menurutnya, dengan memberikan pembelajaran ilmu keterampilan, maka bisa mengasah otak dari siswa penyandang disabilitas. Di Yayasan Hidayah, para siswa penyandang disabilitas diberikan ilmu keterampilan tentang bertani dan ternak ikan lele.
“Siswa di yayasan kami, ada yang penyandang tuna netra, dan ada siswa yang tubuhnya tidak bisa bergerak, sehingga harus menggunakan kursi roda. Kami menyediakan kursi roda untuk para siswa,” kata Cecep saat ditemui halaman Kantor Disdik Komplek Pemkab. Bandung di Soreang, Selasa (19/5).
Adapun kendala dalam memberikan pembelajaran untuk penyandang disabilitas justru datang dari masyarakat karena belum paham. Terkadang, ada masyarakat yang pertama kali bertemu dengan penyandang disabilitas, masyarakat tersebut menganggapnya gangguan jiwa. Berdasarkan pengalaman, Cecep bercerita bahwa pernah ada kakak dari siswa sekolah luar biasa, yang tidak terima adiknya tersebut mengikuti pendidikan sekolah luar biasa.
“Selain itu, juga ada salah seorang siswa yang tidak diperkenankan mengikuti pembelajaran di sekolah luar biasa, tetapi setelah ditelurusi, anak tersebut ternyata dipekerjakan di daerah Lembang sebagai pembantu rumah tangga,” tutur Cecep.
Untuk membantu para siswanya agar tetap bisa belajar, tak jarang Cecep sering mengadakan pengumpulan dana agar bisa membantu siswanya tersebut. Kebanyakan peserta, lanjut Cecep, adalah anak yang orang tuanya memiliki kesulitan ekonomi, sehingga pihaknya menggratiskan biaya pendidikannya, meskipum dalam menjalankan Yayasan Hidayah ini, Cecep mengeluarkan biaya secara mandiri. Tidak adanya bantuan dari pemerintah dikarenakan Yayasan Hidayah masih berstatus non formal. Jika sekolah luar biasa ingin mendapatkan bantuan dari pemerintah, maka harus berstatus sekolah formal.
“Meskipun tidak ada bantuan dari pemerintah, yayasan ini tetap berjalan. Tetapi, kita pernah dapat bantuan dari PT. Pertamina berupa mobil untuk antar jemput serta peralatan sekolah” ujar Cecep.
Masih kata Cecep , Guru dari sekolah luar biasa di Yayasan Hidayah, mayoritas adalah sukarelawan. Jadi, para guru tersebut tidak menuntut gaji. Meskipun demikian, pihaknya tetap memberikan gaji sesuai kemampuan Yayasan. Pada mulanya, Yayasan Hidayah adalah yayasan yang menyediakan sekolah kesetaraan PKBM yakni Paket A,B dan C atau setara tingkat SD, SMP, dan SMA. Dalam mendapatkan peserta didik, Yayasan Hidayah, biasanya melakukan penyisiran hingga ke tingkat RT. Dalam proses penyisiran tersebut, pihaknya menemukan penyadang disabilitas dibeberapa desa. Oleh karena itu, Cecep termotivasi untuk membuka layanan pendidikan luar biasa, yaitu sejak tahun 2016, dengan siswa sebanyak 45 orang.
“Ada sepuluh guru yang mengajar di sekolah luar biasa. Biasanya para guru menjemput peserta didiknya. Masing-masing guru biasanya menjemput dan mengantar tiga orang anak untuk belajar ke sekolah,” pungkas Cecep. (Lily Setiadarma)