Selasa, 11 Mei menandai 100 hari kudeta Myanmar, dan kekerasan terus berkanjut. Hal ini tidak menghalangi massa di Yangon untuk turun ke jalan menuntut kembali negara pada demokrasi.
“Saya akan melawan sebanyak yang saya bisa. Saya siap dan siap untuk menyerahkan segalanya. Saya bahkan siap membayar dengan hidup saya,” tulis Htar Htet Htet dari wilayah perbatasan yang tidak diketahui.
Selain Htar Htet Htet, kontestan Miss Grand Myanmar tahun ini, Han Lay, juga menjadi kritikus junta militer yang vokal.
Lebih dari 780 warga sipil tewas sejak kudeta terjadi. Pasukan keamanan terus bergerak untuk menghentikan protes massal dengan penumpasan yang brutal.
Mengutip dari Suara.com, mereka menembak demonstran di jalan-jalan, menangkap orang-orang dalam penggerebekan malam hari, mengunci jurnalis dan memerintahkan pemadaman internet.***AS