“Tetangga yang dekat sekolah waktu itu tidak ikutan ibadah pemakaman di desa sebelah jadi dia dengar, ada yang banting-banting barang dalam sekolah. Tapi dia berpikir bahwa itu mungkin anak-anak yang sedang bermain di kompleks sekolah,” ungkapnya melalui sambungan telepon whatsapp.
Simson mengaku, sebagai masyarakat yang langsung berdekatan dengan sekolah tidak ingin ada polemik sehingga dekati kepala sekolah, lalu menelpon babinsa dan bhabinkamtibmas untuk berkoordinasi, lalu melaporkan kejadian ini ke Polsek Kupang Tengah untuk ditangani.
“Setelah lapor di Polsek Kupang Tengah, mereka hanya arahkan bahwa pulang saja nanti kasi tinggal nomor telepon supaya nanti ada masalah lagi tinggal telepon dong (Polsek Kupang Tengah),” ujarnya.
Yang menjadi kekuatiran Simson dan warga lainnya adalah saling curiga antar mereka, jika ini tidak cepat ditangani oleh kepolisian. Bahkan dia menilai kejadian ini merupakan salah satu bentuk teror terhadap mereka.
“Kami berharap polisi menangani persoalan ini sehingga menjadi terang, jangan sampai ada dari pihak sekolah sendiri yang bermasalah dengan pihak luar, atau seperti apa kami kurang tau juga. Tapi ini kan salah karena mereka merusak fasilitas umum, apalagi fasilitas pendidikan,” pungkasnya.
Kapolres Kupang, AKBP Aldinan RJH Manurung yang dikonfirmasi Jumat (17/9) petang menyatakan, pihaknya sedang melakukan penyelidikan dengan menggali keterangan dari saksi-saki guna memburu para terduga pelaku.
“Anggota masih melakukan olah tempat kejadian perkara,” jelas Aldinan.
Sumber:Merdeka.com