Pemuda Kampung Kembangkan Kopi Papandak Khas Garut

- Pewarta

Minggu, 25 Maret 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bandung | Kontroversinews.- Sejumlah pemuda kampung berupaya mengembangkan produksi kopi bernama papandak yang dibudidayakan petani dari kawasan hutan Talaga Bodas, Kabupaten Garut, Jawa Barat, untuk mendongkrak perekonomian sekaligus mengenalkan keunggulan kopi asli daerah itu kepada masyarakat luas.

“Kami berusaha mengangkat potensi kopi daerah sekaligus pemberdayaan petani kopi. Hampir 100 persen di sini petani kopi,” kata Tata Herdiana pengembang kopi papandak dari Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Minggu.

Ia menuturkan, awal mula mengembangkan kopi lokal Garut tersebut dari kesenangan masyarakat, di antaranya para pemuda yang suka minum kopi bersama.

Banyaknya penikmat kopi itu, kata Tata, dijadikan peluang untuk mengangkat potensi kopi yang dibudidayakan oleh petani Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) binaan Perhutani di Talaga Bodas.

“Pertamanya dari senang ngopi, lalu dilihat sekitar kita banyak petani kopi. Kenapa tidak untuk mengangkat kopi kita dari Papandak,” kata Tata.

Ia mengungkapkan, sebelumnya keberadaan kopi yang dibudidayakan oleh petani kopi di Talaga Bodas belum memberikan keuntungan besar karena minat belinya kurang.

Akhirnya petani, kata dia, lebih banyak beralih pada usaha pertanian lain yang lebih menguntungkan secara finansial.

Selanjutnya pemuda sekitar kawasan hutan Talaga Bodas berupaya mendongkrak keistimewaan kopi khas Garut itu untuk memiliki nilai ekonomi yang menguntungkan petani.

“Sebelumnya tidak menjadi pokok karena daya belinya kecil daripada usaha pertanian yang lain, sekarang sudah berjalan setahun hasilnya bagus,” katanya.

Ia menyampaikan, lahan hutan di wilayah binaan Perhutani Garut saat ini sudah ada 60 sampai 80 hektare yang ditanami kopi.

Kopi yang diproduksi oleh petani di hutan sekitar Talaga Bodas itu, kata dia, langsung diolah oleh pemuda kemudian dilakukan pengemasan menarik agar memiliki nilai jual.

“Sekarang nilai ekonomisnya mulai kebuka, respon perhatian pemerintah juga bagus, seperti diikutsertakan dalam kegiatan pameran,” katanya.

Produk kopi papandak tersebut dibuat dua jenis kemasan yakni full wash dan natural dengan kemasan 200 gram.

Selama ini kopi tersebut sudah cukup banyak dipesan dari berbagai kedai kopi di Garut, Bandung bahkan luar Jawa seperti Kalimantan, dan Palembang.

“Paling jauh dari Kalimantan, respons dari para penikmat kopi sangat bagus,” katanya.

Sumber: antara

Berita Terkait

Saatnya Dorong Kopi Bengkulu Jadi Primadona
QJMotor masih fokus pasarkan motor konvensional di Indonesia
KKP: PPN Palabuhanratu Beroperasi Optimal Pasca Banjir Bandang
Gerai “Kang Kaos Polos “Diserbu Masyarakat Kuningan Kaum Milenial
Pelni Medan Prediksi Puncak Penumpang Turun di Belawan pada 26 Maret
Wadirut Bulog Minta Petani Jaga Kualitas Gabah Agar Pengolahan Cepat
Wamendag Minta Pelaku Usaha Distribusikan Bahan Pokok Sesuai Ketentuan
Bank Sumut Bagikan Dividen Tunai 85 persen Kepada Pemegang Saham

Berita Terkait

Senin, 31 Maret 2025 - 13:37

Saatnya Dorong Kopi Bengkulu Jadi Primadona

Rabu, 26 Maret 2025 - 08:24

QJMotor masih fokus pasarkan motor konvensional di Indonesia

Selasa, 25 Maret 2025 - 09:19

KKP: PPN Palabuhanratu Beroperasi Optimal Pasca Banjir Bandang

Minggu, 23 Maret 2025 - 16:49

Gerai “Kang Kaos Polos “Diserbu Masyarakat Kuningan Kaum Milenial

Minggu, 23 Maret 2025 - 07:18

Pelni Medan Prediksi Puncak Penumpang Turun di Belawan pada 26 Maret

Berita Terbaru

NUSANTARA

Tradisi “Katto Bokko” tak lekang zaman

Selasa, 1 Apr 2025 - 16:01

EKONOMI

Saatnya Dorong Kopi Bengkulu Jadi Primadona

Senin, 31 Mar 2025 - 13:37