Kedepankan Isu Pemberdayaan Perempuan, Misi Pelestarian Kain Ulos Batak Toba

oleh
oleh
ulos batak ilustrasi

“Yang dekat di hati kami adalah pendekatan pelestarian dan revitalisasi budaya dari perspektif gender atau sejalan dengan upaya pemberdayaan perempuan. Kami tidak bicara tentang wastra tanpa bicara tentang isu perempuan yang sebenarnya pelaku di balik wastra yang 90 persen adalah perempuan,” tuturnya.

Menurut Kerri, isu perempuan berjalan sangat dekat dengan isu-isu yang dihadapi oleh wastra Indonesia ke depan. Pihaknya juga tertarik mengusung isu kontemporer dan mengembangkannya dengan heritage karena modernisasi itu baik, namun tetap mencari keseimbangan antara keduanya.

“Ulos itu yang memegang, membuat, dan memberikan harapan adalah perempuan-perempuan di baliknya yang sering sekali menjadi second class citizen,” kata Kerri.

“Itulah pentingnya mengusung isu pemberdayaan karena tanpa perempuan di balik ini yang mengkreasi alat-alat adat ataupun budaya tersebut, budaya itu juga akan punah kalau kita tidak mengingat kalau yang selama ini menjaga warisan budaya tersebut adalah perempuan batak atau perempuan Indonesia,” tambahnya.

Tobatenun juga mengadakan lokakarya untuk para penenun yang tak hanya bicara soal teknis menenun yang lebih dalam, namun juga fokus dengan soft skill. Fokus tersebut diarahkan kepada isu perempuan, konseling KDRT, isu reproduktif, juga isu kesehatan seperti fisioterapi.

“Karena isu yang selalu saya dengar dari penenun adalah mereka selalu pegal di pinggang. Kita mengajari stretching, walaupun hal yang mungkin tidak terpikirkan tapi sudah jadi impact ke kehidupan sehari-hari,” tambah Kerri.***

Sumber: Liputan6

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *