Dalam penelitian, para peneliti menggunakan algoritma machine-learning mutakhir untuk menguji apakah mungkin komputer dapat memprediksi hasrat romantis seseorang hanya dengan tanggapan kuesioner yang mencakup lebih dari 100 sifat dan preferensi. Setelah menyelesaikan kuisioner, para partisipan pun akan bertemu satu sama lain dalam serangkaian kencan empat menit. Lalu, mereka akan menilai interaksinya, menunjukkan minat dan ketertarikan terhadap setiap orang yang dikencaninya.
Setelah angka-angkanya diurutkan, para peneliti menemukan bahwa komputer tidak dapat memprediksi kecocokan setiap pasangan. “Kami menemukan bahwa kami tidak dapat mengantisipasi seberapa besar keinginan individu untuk mengencani satu sama lain dalam konteks kencan kilat dengan tingkat akurasi yang berarti,” kata Joel.
Joel mengatakan bahwa pihaknya memprediksi akan menemukan beberapa varian karena telah menggunakan 100 prediktor. Kenyataannya, mereka tidak dapat memprediksi apapun. Rekan Joel, Paul W. Eastwick dari University of California juga memiliki pendapat serupa, yakni tak dapat mengetahui beberapa varian karena memang kencan online tidak dapat memprediksinya. “Keinginan romantis mungkin lebih seperti gempa bumi, melibatkan proses yang dinamis dan kekacauan, bukan reaksi kimia yang melibatkan kombinasi sifat dan preferensi yang tepat,” pungkasnya.