SOREANG Kontroversinews.com – Ketua DPRD Kabupaten Bandung, Sugianto mengatakan berdasarkan rapat Badan Anggaran (Banggar) DPRD Kabupaten Bandung ditetapkan 12.885 orang peserta program guru ngaji. Kata Sugianto, dalam satu minggu seribu orang mundur.
“Itu sudah dievaluasi oleh kami di Banggar, sebelumnya 13 ribu sekian, terakhir yang kita tetapkan di Banggar itu 12.885, padahal alokasinya untuk 16 ribu,” ujar Sugianto kepada wartawan di Soreang , Kamis (25/11).
Dengan adanya peserta program guru ngaji yang mundur, kata Sugianto, ada sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) yang tidak terserap dalam perubahan.
“Ketika mundur maka uangnya tidak bisa terserap dan nanti menjadi SiLPA di 2022,” jelas Sugianto.
Kondisi tersebut, ungkap Sugianto, bisa saja memberikan pengaruh terhadap penilaian APBD oleh BPK, dalam konteks perencanaan. Artinya, dalam perencanaan program tersebut tidak matang. Namun jika berpengaruh terhadap WTP dam WDP Disclaimer, kata Sugianto, belum jadi standar.
“Yang jelas nanti kita dilihat dari proses perencanaan, penganggaran, evaluasi,” tutur Sugianto.
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD), ada beberapa faktor yang menyebabkan peserta program guru ngaji mengundurkan diri. Diantaranya, usia yang sudah tua, lalu ada keseganan dari peserta untuk mengajar di sekolah karena terbiasa mengajar di madrasah, dan juga karena faktor jarak yang jauh.
Sugianto memberikan sejumlah saran untuk pelaksanaan program yang dicanangkan oleh Bupati Bandung, Dadang Supriatna tersebut. Pertama, harus ada mekanisme yang sederhana dalam rekrutmen guru ngaji. Kedua, harus ada uji kompetensi mengenai kemampuan dan kemauan peserta guru ngaji.
Pada tahun 2022 mendatang, Sugianto meyakini Pemerintah Kabupaten Bandung akan mengajukan kembali pelaksanaan program guru ngaji tersebut.
“Nanti tetap dievaluasi, tapi setelah evaluasi gubernur, kan APBD itu bertahap, sebut saja APBD 2022 kita tetapkan, lalu paripurna penetapan APBD, lanjut diberikan ke provinsi 14 hari kerja, di provinsi diolah dam dievaluasi dari mulai perencanaan, penganggaran dan implementasi,” papar Sugianto.
Sementara itu, salah seorang peserta program guru ngaji, Atep Ridwan Effendi (45) mengatakan banyak peserta program guru ngaji yang mengundurkan diri. Kata Atep, alasannya adalah karena kesibukan hingga keberatan mengajar di sekolah.
“Banyak yang mengundurkan diri, alasannya banyak kesibukan, keberatan mengajar, dari waktu pagi,” ujar Atep saat dihubungi via telepon, Kamis (25/11).
Atep sendiri masih bertahan mengikuti program guru ngaji. Dirinya mengajar mengaji di sekolah sejak Oktober 2021 hingga saat ini. Kendala yang dialami Atep, adalah waktu mengajar yang kurang, yaitu hanya satu jam.
“Waktu belajar yang mepet jadi seolah-olah saya dikejar materi, misalnya empat bab harus beres dalam empat kali pertemuan selama satu bulan. Ngajarnya, seminggu sekali, tiap hari Jumat,” tutur Atep.
Ditanya mengenai insentif, Atep mengaku belum menerimanya. Padahal sejumlah persyaratan untuk pencairan insentif sudah diserahkan kepada pihak sekolah dan instansi.
“Semua laporan sudah dikirim, persyaratan untuk pencairan. Belum ada kabar (untuk insentif),” pungkas Atep.
( Lily Setiadarma )