JAKARTA (Kontroversinews.com) – Perusahaan milik Jack Ma, Alibaba membukukan kerugian pertama kali sejak menjadi perusahaan publik pada kuartal keempat, di akhir Maret 2021. Kerugian ini terjadi setelah perusahaan membayarkan denda antimonopoli senilai US$ 2,8 miliar (Rp 40,60 triliun, asumsi kurs Rp 14.500/US$) pada bulan lalu.
Dilansir dari CNBC, Alibaba mencatatkan kerugian 5,47 miliar yuan atau Rp 12,02 triliun (asumsi kurs Rp 2.199/yuan). Jauh dari prediksi analis yang membukukan keuntungan 6,95 miliar yuan.
Meruginya perusahaan disebabkan karena kerugian operasional mencapai 7,66 miliar yuan (RP 111,07 triliun) akibat harus membayarkan denda.
CEO Daniel Zhang mengatakan ini adalah pertama kalinya Alibaba melaporkan kerugian operasional sebagai perusahaan publik.
Namun pendapatan dari operasional bisa menjadi 10,56 miliar yuan, naik 48% YoY.
Pada periode tersebut, pendapatan Alibaba tumbuh 64% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi 187,39 miliar yuan (Rp 412,07 triliun). Angka ini melebihi ekspektasi yang sebesar 180,41 miliar.
Namun nilai pendapatan per saham (earnings per share/EPS) hanya mencapai 10,32 yu, di bawah perkiraan yang senilai 11,12 yuan. Meski angka tersebut naik 12% YoY.
Ekspektasi kinerja perusahaan ini dinilai mulai mengalami masalah setelah diundurnya penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) Ant Financial menjadi November tahun ini. Perusahaan ini ditargetkan akan memiliki nilai IPO senilai US$ 34,5 miliar
Sementara itu, untuk tahun fiskal 2022 perusahaan menargetkan pendapatan sebesar 930 miliar yuan (Rp 13.485 triliun) atau naik 29,65% YoY.
Dari segi kontribusi pendapatan, bisnis e-commerce menjadi kontributor utama pendatan. Mengalami pertumbuhan 72% menjadi 161,39 miliar yuan (Rp 354,89 triliun), didorong karena peralihan pembelian masyarakat menjadi online.
Alibaba juga membukukan pertumbuhan 101% dari bisnis logistik Cainiao, sementara beberapa inisiatif lainnya seperti supermarket Freshippo juga menyumbang pertumbuhan yang kuat.
Divisi cloud computing membukukan keuntungan untuk pertama kali dengan pertumbuhan pendapatan 37% YoY menjadi 16,76 miliar yuan.
Bisnis e-commerce China sengit seiring dengan persaingan dengan JD.com dan Pinduoduo. Semua perusahaan ingin membedakan bisnisnya dengan berinvestasi dalam bisnis baru.
Chief Financial Officer Alibaba Maggie Wu mengatakan perusahaan akan menggunakan keuntungan tambahan dan modal tambahan pada tahun fiskal 2022 untuk mendukung pedagang dan berinvestasi ke bisnis baru dan area strategis utama yang akan membantu perusahaan meningkatkan pangsa pasar dan melakukan penetrasi ke bisnis baru.
Salah satunya melalui Taobao Live, fitur belanja live streaming di situs e-commerce Alibaba Taobao. Hasil penjualan Taobao Live gross pada tahun fiska 2021 mencapai lebih dari 500 miliar yuan.
Sementara itu Alibaba dan para pesaingnya sedang mencoba untuk menembus kota-kota kelas bawah di mana pendapatannya juga lebih rendah daripada di kota-kota besar China. Perusahaan-perusahaan ini mulai berinvestasi untuk mencapai pasar in, salah satunya dengan Taobao Deals yang menawarkan produk diskon kepada konsumen.***AS