Kontroversinews.com – Salah satu pendiri Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar, diklaim telah tiba di Ibu Kota Afghanistan, Kabul, untuk menggelar dialog terkait pembentukan pemerintahan baru negara itu.
Seorang pejabat Taliban yang tak ingin disebut identitasnya menuturkan Baradar telah kembali ke Kandahar awal pekan ini dari Qatar.
Baradar merupakan salah satu petinggi Taliban yang ikut dalam negosiasi kesepakatan damai dengan Amerika Serikat pada 2020 lalu. Saat ini, Baradar dianggap sebagai pemeran kunci dalam negosiasi antara Taliban dan pemerintah Afghanistan.
Sumber pejabat Taliban tersebut menuturkan Baradar akan bertemu dengan sejumlah komandan milisi kelompoknya, mantan pemimpin pemerintah Afghanistan, dan pejabat pembuat kebijakan, hingga ulama.
Pejabat itu mengatakan Taliban berencana menyiapkan model baru untuk memerintah Afghanistan dalam beberapa minggu ke depan. Sebuah tim terpisah juga sudah dibentuk Taliban untuk menangani masalah keamanan internal dan keuangan.
“Para ahli dari pemerintahan sebelumnya akan didatangkan untuk menangani manajemen krisis,” kata pejabat Taliban itu seperti dikutip Reuters.
Pejabat itu meyakinkan bahwa pemerintahan baru Afghanistan di tangan Taliban tidak akan menjadi demokrasi sesuai definisi negara Barat, tetapi “akan melindungi hak semua orang”.
Sejumlah pejabat pemerintah Afghanistan yang telah berdialog dengan Taliban sejauh ini menuturkan kelompok itu tidak akan mengumumkan pemerintahan baru sampai tenggat waktu penarikan pasukan asing dari negara itu pada 31 Agustus mendatang.
Selain Baradar, sejumlah pemimpin senior Taliban lainnya yang terlihat muncul di Kabul dalam beberapa hari terakhir ialah Khalil Haqqani, salah satu “teroris paling dicari” AS. AS bahkan membuat sayembara hadiah $5 juta yang bisa menangkap Haqqani.
Sementara itu, Komandan Tertinggi Ketiga Taliban, Mullah Habaitullah Akhundzada, masih belum bersuara di depan publik terkait capaian kelompoknya sejauh ini. Akhundzada disebut sebagai pemimpin tertinggi Taliban saat ini.
Taliban selama ini menganut Islam aliran Sunni garis keras. Namun, sejak menduduki Kabul dan Istana Kepresidenan Afghanistan pada Minggu (15/8), Taliban berjanji menyodorkan kepemimpinan yang lebih moderat.
Taliban mengatakan mereka juga menginginkan perdamaian dan akan menghormati hak-hak perempuan dalam kerangka hukum Islam.
Ketika berkuasa di Afghanistan pada 1996-2001, Taliban sangat keras terhadp kaum perempuan. Mereka melarang perempuan bekerja, mengenyam pendidikan, hingga bepergian keluar rumah tanpa wali dan burkak. ***Tony