Site icon kontroversinews.com

Menaikan Tarif Iuran BPJS Kesehatan Buruknya Komunikasi Empatik Jokowi

Ilustrasi pelayanan BPJS Kesehatan

SOREANG | Kontroversinews.com – Sikap kecewa berat diperlihatkan oleh DPRD Kabupaten Bandung terkait keputusan Presiden Jokowi yang menaikkan iuran BPJS kesehatan melalui Peraturan Presiden (Perpres). DPRD menilai kebijakan menaikan tarif iuran BPJS Kesehatan ini sebagai bagian dari buruknya komunikasi empatik Joko Widodo.

Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Bandung, Maulana Fahmi mengatakan, dengan tegas pihaknya menolak rencana kenaikan iuran BPJS Kesehatan. Karena kondisi masyarakat saat ini ekonomi sedang terpuruk dampak dari wabah virus corona. Yang berakibat pada lemahnya daya beli masyarakat, bahkan tak sedikit masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian.

Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Bandung, Maulana Fahmi

“Perpres adalah senjata Jokowidodo untuk mengeluarkan kebijakan tanpa harus ada persetujuan dari DPR. Ini riak riak yang ada di masyarakat, kemarin kan dinaikkan kemudian dibatalkan oleh MA. Nah pembatalan yang kemarin itu kan efektifnya Mei ini. Eh sekarang sudah dinaikkan lagi dengan Perpres,” kata Fahmi, di Soreang, Kamis (14/5/2020).

Menurut Fahmi, alasan pemerintah menaikan iuran BPJS Kesehatan ini memang untuk menyehatkan lembaga tersebut. Namun sayangnya pemerintah tidak peka dengan keadaan masyarakat saat ini. Dimana wabah pandemi virus corona telah memporak porandakan perekonomian.

“Kesehatan itu adalah kebutuhan dasar masyarakat. Seharusnya pemerintah jangan membebani masyarakat terlalu besar, apalagi sekarang ini ekonomi sedang terpuruk. Banyak orang kehilangan mata pencaharian dan pekerjaannya, untuk menyambung hidup saja sudah susah, eh sekarang ditambah lagi beban hidupnya,” ujarnya.

Fahmi melanjutkan, kebijakan Jokowidodo menaikan tarif BPJS Kesehatan ini, adalah salah satu bentuk buruknya komunikasi empatik. Dimana kebijakan da pernyataan yang dikeluarkan pemerintah tidak berpihak pada kepentingan masyarakat. Kata dia, Komisi D DPRD Kabupaten Bandung dengan tegas menolak keputusan tersebut.

“Jokowidodo itu tidak bisa membangun komunikasi empatik. Buktinya dalam kondisi serba sulit ini malah menaikkan iuran BPJS Kesehatan. Contoh lain buruknya komunikasi empatik Jokowi atau pemerintah, yakni saat menyikapi awal pandemi corona dengan menyepelekannya dan berujar “nanti juga musim kemarau selesai atau ada juga ungkapan untuk mencegah corona harus makan nasi apa gitu lah. Sikap kami di Komisi B ini akan dibawa ke forum yang lebih tinggi,” katanya. (Lily Setiadarma)

Exit mobile version