MALAYSIA (Kontroversinews.com) – Malaysia mulai Selasa (01/06) menerapkan karantina wilayah (lockdown) di penjuru negeri demi memerangi pandemi Covid-19 yang kasusnya kembali melonjak.
Walau khawatir dengan bertambahnya kasus baru, warga Malaysia pun khawatir pemberlakuan lockdown yang berlangsung selama dua pekan ini bisa berdampak negatif bagi usaha mereka.
Bahkan pejabat keuangan Malaysia pun mengisyaratkan proyeksi pertumbuhan ekonomi negerinya tahun ini bisa menurun akibat pemberlakuan lockdown.
Seperti dikutip Reuters, pemerintah pada Selasa (01/06) mengumumkan kasus baru covid sebanyak 7.105 sehingga total infeksi di Malaysia tercatat sudah 579.462 kasus.
Di kawasan Asia Tenggara, Malaysia saat ini termasuk yang paling parah dihantam pandemi. Dari hampir 2.800 kasus kematian akibat Covid di negara berpenduduk 32 juta jiwa itu sejak pandemi dimulai, lebih dari 40% terjadi pada bulan Mei 2021.
Selain akibat munculnya varian-varian baru, lonjakan kasus itu diduga sebagai dampak dari banyaknya warga yang berkumpul selama bulan suci Ramadan dan masa libur Idul Fitri Mei lalu, selain kasus-kasus pelanggaran protokol Covid lainnya.
Itu sebabnya pihak berwenang Malaysia terpaksa menerapkan lockdown total mulai Selasa 1 Juni di hampir semua sektor sosial dan ekonomi. Hanya tempat-tempat penting yang boleh buka, seperti supermarket dan klinik medis, sedangkan hampir semua sekolah tutup.
- TKI tak bekerja
Walau ada seruan agar lebih diperketat, lockdown dua pekan ini dipandang akan memukul banyak sektor usaha yang selama ini berjuang mati-matian untuk tetap bertahan selama pandemi.
“Pandemi virus corona bagi usaha kecil seperti saya ini menimbulkan kehancuran,” kata Lilian Chua, warga yang memiliki usaha salon di pinggir kota Kuala Lumpur. Kini usahanya harus tutup.
“Pemerintah menerapkan lockdown, tapi virusnya ada di udara, maka vaksinasi perlu dipercepat,” kata perempuan 42 tahun itu kepada AFP.
Penasihat Persatuan Pekerja Rumah Tangga Migran Indonesia, Nasrikah mengatakan bagi tenaga keja dari Indonesia (TKI), karantina ini semakin menyulitkan mereka.
“Banyak pekerja migran yang tidak boleh bekerja, karena pemerintah Malaysia hanya membolehkan untuk sektor essential saja,” katanya kepada BBC News Indonesia pada Selasa (01/06).***AS