Site icon kontroversinews.com

Cokelat Valentine Haram Dimakan Seorang Muslim?

Cokelat

Kontroversinews.com Cokelat identik dengan Hari Valentine yang diperingati segelintir orang setiap tanggal 14 Februari. Lalu banyak orang mengatakan cokelat Valentine haram dimakan seorang Muslim, benarkah demikian? Berikut ini penjelasan lengkapnya.

KH Yahya Zainul Ma’arif atau akrab disapa Buya Yahya mengatakan cokelat, makanan, atau barang yang dihadiahkan pada Hari Valentine tidak bersifat haram. Tapi, dikhawatirkan pemakannya yang merupakan seorang Muslim bakal menikmati dan ikut terbawa dengan syiar agama lain.

“Adapun sesuatu yang dihadiahkan di acara semacam itu, barangnya bukan barang yang haram. Bisa saja dimakan. Tapi yang dikhawatirkan karena Anda menikmati, maka Anda akan terbawa. Anda diberi oleh orang Nasrani yang merayakan Natalan sekalipun, misalnya permen, kue, halal kita makan, bukan sesuatu yang haram,” jelas Buya Yahya, dikutip dari video berjudul ‘Hukum Menerima Cokelat Valentine’ di kanal YouTube Al Bahjah TV, Selasa (15/2/2022).

“Tapi kalau pemberiannya itu dalam irama membesarkan, itu dosa niatnya tadi. Tidak haram dimakan jika hatimu kuat, tidak ikut-ikutan esok hari. Cokelat adalah halal, diberikan dengan sukarela itu halal, cuma haramnya adalah jika ada nilai pengagungan terhadap syiar itu jadi haram,” jelas pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah dan Pondok Pesantren Al Bahjah Cirebon ini.

Buya Yahya juga mengajak muda-mudi Muslim tidak perlu ikut merayakan Hari Valentine. Sebab, kasih sayang sesungguhnya sudah didapat dari ajaran Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam.

“Anda tidak perlu ikut-ikutan wahai anak-anakku semuanya. Kasih sayang yang diajarkan baginda Nabi, kasih sayang kita adalah sambung dengan Nabi. Karena Nabi adalah Rahmatan Lil Alamin, kasih sayang sedunia,” imbau Buya Yahya dengan lembut.

“Anda punya memiliki Nabi Muhammad dan punya pendidikan dari Nabi, itu kasih sayang yang sesungguhnya. Ngajarin berkasih sayang di dalam perang. Mengajari kasih sayang dengan binatang sekalipun,” tambahnya.

Buya Yahya melanjutkan, Hari Valentine adalah budaya masyarakat di luar Islam. Ia bahkan menyebut sejarah Hari Valentine tidak berangkat dari umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam, dan justru mengagungkan seseorang yang menganut agama lain.

“Anda kan bisa membaca sayangku. Apakah itu kisah seorang yang salih kepada Nabi Muhammad atau tidak. Kisah Valentine Day adalah kisah yang mengagungkan seorang santo di dalam agama yang bukan dari agama kita, mengagungkan syiar yang bukan syiar agama kita,” papar Buya Yahya.

“Itu adalah kebatilan yang Anda tidak boleh ikut-ikutan, tidak boleh terbawa. Semeriah apa pun acara itu diadakan, Anda tidak boleh ikut. Yang sudah telanjur janjian, batalin,” tukasnya.

Wallahu a’lam bishawab.

Exit mobile version