Site icon kontroversinews.com

BPBD Kabupaten Bandung, Tetap Antisipasi Bencana Kekeringan

Kepala Pelaksana BPBD Kab. Bandung, H. Akhmad Djohara saat menggelar rapat internal dengan jajaran staf , terkait antisipasi dampak kemarau seperti kesulitan air bersih hingga kebakaran yang bisa melanda rumah, hutan hingga lahan.

SOREANG (Kontroversinews.com) – Meski tengah mengalami kemarau basah, BPBD Kabupaten Bandung tetap melakukan antisipasi terhadap puncak kemarau dan terjadinya kekeringan di Kabupaten Bandung.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung, H. Akhmad Djohara mengatakan, Kabupaten Bandung saat ini sudah memasuki musim kemarau. disebutnya kemarau basah karena hujan masih kerap terjadi. Meski demikian, pihaknya tetap melakukan antisipasi dampak kemarau seperti kesulitan air bersih hingga kebakaran yang bisa melanda rumah, hutan hingga lahan saat kekeringan terjadi.

“Kita terus siaga dan harus mulai hati-hati. Kalau saya mah memprediksi bulan Agustus (puncak musim kemarau),” ujar Akhmad sapaan akarbnya Ajo kepada wartawan melalui sambungan telpon selularnya , Jumat (11/6).

Berkaca pada tahun 2019, Kabupaten Bandung pernah mengalami kekeringan dengan waktu yang panjang. Ajo mengungkapkan, saat itu ada ratusan titik yang meminta untuk disupply air bersih. Sementara pada tahun 2020, kata Ajo, kekeringan tidak terjadi dalam waktu yang lama.

“Kita mencatat hampir ada 514 titik yang mengusulkan untuk disupplly air bersih, itu adalah jumlah yang cukup banyak. Namun sayangnya hanya tersedia tujuh mobil tangki air, yang harus menjangkau ratusan titik itu,” tutur Ajo.

“Tapi dengan kerja keras semua anggota, akhirnya bisa terlayani juga permintaan air bersih di lapangan, jangan sampai nanti karena kesulitan air menyebabkan warga dehidrasi,” sambungnya.

BPBD Kabupaten Bandung juga akan melakukan rapat koordinasi dengan perangkat daerah terkait seperti Dinas Sosial, Disperkimtan hingga PDAM dan juga memaksimalkan fungsi mobil tangki yang ada agar setiap kali ada permintaan warga di lapangan, bisa secepatnya diberikan pelayanan air bersih.

“Nampaknya air bersih juga sudah mulai dapat teratasi, seiring dengan banyaknya program pembuatan sumur dangkal atau pipanisasi dari Disperkimtan. Hal tersebut sedikit banyak mengurangi jumlah titik yang kekurangan air bersih,” pungkas Ajo.( Lily Setiadarma)

Exit mobile version