CIREBON Kontroversinews.com – Label sekolah sebagai obyek sharing profit (cari untung) yang disematkan oleh para penggiat kontrol sosial, ternyata bukanlah tanpa sebab maupun isapan jempol belaka. hasil penelusuran wartawan media ini dilapangan, ada banyak cara yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk sharing profit atau cari keuntungan tadi.
Beberapa diantaranya telah dirangkum, yakni adanya kalender yang diberikan kepada murid walau dengan bahasa diberikan secara cuma-cuma namun tidak menolak jika ada orangtua murid yang menanyakan berapa harga kalender tersebut dijawab oleh pihak sekolah “untuk pengganti biaya cetak saja”.
kemudian adanya buku lembar kerja siswa yang biasa disebut Buku LKS, yang sudah dipatok harganya bahkan dibuat perpaket dengan memakai istilah “satu semester” dan praktik penjualannya biasanya menggunakan toko photocopy serta toko buku lainnya yang lokasinya berada dekat dengan sekolah agar pihak sekolah bisa cuci tangan saat ada pihak yang mencecar pertanyaan “kok pihak sekolah masih jualin buku lks sih, kan sudah dilarang”. Bahkan ada juga pihak sekolah yang berani dan terang-terangan mengatasnamakan koperasi sekolah (dijual dan dibeli didalam sekolah, red). juga adanya istilah “sumbangan”, baik untuk pembangunan gapura pintu masuk sekolah, pagar sekolah, dan rehab Musholah.
Bahan ajar (Buku LKS) dan sumbangan untuk merehab tempat ibadah bernama Musholah ini ada disebuah satuan unit pendidikan bernama sekolah menengah pertama negeri (SMPN) yakni SMPN 1 Ciledug Kecamatan Ciledug Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat. SMP yang berada ditimur Cirebon dan dikepalai oleh seseorang yang bernama H (Haji) Sobari ini mempunyai jumlah murid yang hampir mencapai 900 kurang, dan rata-rata berasal dari kalangan masyarakat menengah kebawah. Rp.850.000,- (Delapanratuslimapuluhribu rupiah) adalah anggaran yang dikeluarkan oleh orang tua murid, walau mungkin keberatan pernah dirasakan mereka. bagaimana tidak, sebelum berjumlah segitu.
Orang tua murid sempat ditarget, yang untuk murid kelas 7 (kelas 1) Rp.1.300.000,- dan murid kelas 8 (kelas 2) Rp.1.100.00,- serta untuk murid kelas 9 (kelas 3) nya adalah Rp.900.000,-. namun setelah dilakukan “tawar-menawar” akhirnya disepakati di Rp.850.000,-, hal tersebut oleh wartawan media ini hendak dikonfirmasikan kepada kepala sekolah dengan mendatangi SMPN 1 Ciledug pada Rabu 26 Januari 2022.
Namun sesampainya disekolah, kepala SMPN 1 Ciledug yang bernama Haji Sobari sedang tidak berada ditempat. hanya terlihat beberapa guru ataupun wakil kepala sekolah, yang hendak pergi keluar entah kemana dengan menggunakan 4 unit mobil, dua diantaranya menyarankan agar wartawan media ini untuk kembali besok, tidak menyerah begitu saja. beberapa jam setelahnya, wartawan media ini mencoba mengirim pesan singkat chatting whatsapp dengan tujuan konfirmasi perihal sumbangan tadi kenomor telpon selullarnya Haji Sobari. dan selang tidak beberapa lama sang kepsek menelpon balik wartawan media ini, dan menjelaskan kalau sumbangan tersebut benar adanya.
” iya bener pak, uang sumbangan 850 ribu itu untuk bahan ajar 2 semester dan untuk merehab musholah. tapi itu urusan komite dengan orang tua, pihak sekolah sih hanya memfasilitasi saja dan kalau jumlah muridnya sekitar 800 orang lebih ada mungkin sekitar 900 murid kurang sedikit”, ujar Haji Sobari. namun saat diminta siapa dan nomer telpon komite sekolahnya, Haji Sobari hanya mengatakan “nanti saya komunikasikan dulu dengan komitenya, terus saya kabarin lagi ya.”
Hhingga berita ini diturunkan, apa yang dijanjikan Haji Sobari selaku Kepala SMPN 1 Ciledug tentang “nanti minta pendapat komite sekolah dulu” tidak terjadi.