CIKANCUNG || Kontroversinews – Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, selama ini dikenal sebagai wilayah produsen sapi ternak. Namun jika menilik lebih jauh ke dalam, banyak masyarakat di Kecamatan Cikancung yang berprofesi sebagai pelaku usaha rumahan rangginang.
Rangginang dari Kecamatan Cikancung ini sudah dikenal di sejumlah daerah di Jawa Barat. Sayangnya, bahan baku pembuatan rangginang masih disuplai dari luar Kabupaten Bandung.
“Ternyata UKM rangginang di Cikancung sudah ada sejak tahun 1991. Dari produksi nya sangat berpotensi sekali. Karena produksinya bisa skala besar,” kata Hj. Kurnia Agustina saat melakukan kunjungan, Rabu ( 7 /10 )
Teh Nia sapaan akrabnya menyebut, bahan baku pembuatan rangginang berasal dari beras ketan. Beras ketan tersebut disuplai dari wilayah Kabupaten Subang. Harganya pun dinilai lebih murah dibanding dari Kabupaten Bandung.
Menurut Teh Nia, kurangnya dan mahalnya bahan baku dari Kabupaten Bandung menjadi perhatian dirinya. Untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku UKM rangginang, Teh Nia berjanji akan memfasilitasi ketersediaan bahan baku.
“Ini jadi perhatian kami. Dan tentu PR bagi NU Pasti Sabilulungan ke depannya untuk memfasilitasi ketersediaan bahan baku dengan dinas terkait,” ujar Teh Nia yang kini menjadi calon bupati Bandung nomor urut 1.
Dalam kunjungannya itu, Teh Nia mengaku cukup terkesima dengan produksi rangginang rumahan tersebut. Pasalnya, produksinya masih dilakukan dengan menggunakan metode sederhana.
UKM rangginang di Kecamatan Cikancung, ujar dia, berpotensi bisa naik kelas. Pasalnya, rangginang bisa menjadi satu panganan yang luar biasa.
“Apalagi jika dalam produksinya dilakukan pembinaan dengan melibatkan akademisi teknologi pangan,” ujarnya.
Dikatakan Teh Nia, rangginang masih mudah untuk didapatkan dan ditemui. Meski dalam masa pandemi, makanan ringan tersebut masih tetap diproduksi.
Ia berpesan agar produsen rangginang di Cikancung tidak berkecil hati. Sebab, rengginang masih bisa bersaing dengan produk makanan ringan lainnya.
“Sekarang bagaimana caranya rengginang ini bisa masuk ke bioskop, atau ke toko-toko besar lainnya. Dan bagaimana anak muda tidak malu dan gengsi memakan rengginang. Kami dorong terus agar produsen rengginang bisa berinovasi,” ucap dia.
Teh Nia juga mengapresiasi bertahannya para pelaku UKM rangginang di Cikancung yang masih tetap memproduksi meski ditengah pandemi Covid-19. Dimana, pandemi Covid-19 berdampak pada ekonomi masyarakat.
“Contoh, Bu Popoh asal Cikancung (pelaku UKM rangginang) masih bisa mempekerjakan masyarakat sekitar. Saya akhirnya banyak belajar dari kehumble-an atau ketawadhuan mereka,” Imbuh teh Nia
“Dengan metode sederhana ini tapi kepedulian tinggi untuk berbagi dan bersama. Akan kami support karena di masa pemulihan ekonomi, upah sekecil apapun yang mereka dapatkan kalau dibawa ke rumah akan sangat berharga,” Pungkas Teh Nia ( Lily Setiadarma )