Site icon kontroversinews.com

Selama Pandemi, Jumlah Orang Obesitas di Indonesia Meningkat

Ilustrasi/Obesitas

Kontroversinews.com – Selama pandemi Covid-19, jumlah orang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas meningkat. Perwakilan Sementara UNICEF Robert Gass mengatakan, di Indonesia saat ini akses yang makin mudah dan biaya yang makin terjangkau atas makanan tidak sehat yang tinggi lemak, gula, dan garam adalah penyebab utama malnutrisi.

Berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2018, memperkirakan satu dari lima orang dewasa, satu dari lima anak berusia 5-12 tahun, dan satu dari tujuh remaja berusia 13-18 tahun di Indonesia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.

Tren ini diperparah oleh Pandemi Covid-19. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat menyulitkan akses anak dan remaja ke makanan sehat, ataupun untuk tetap aktif secara fisik.

Survei tahun 2020 yang dilaksanakan terhadap rumah tangga berpendapatan rendah di kawasan perkotaan di Jakarta menemukan bahwa makanan bergizi seperti buah dan sayur, daging sapi dan ikan, dan kacang-kacangan yang dikonsumsi anak-anak selama pandemi lebih sedikit dibandingkan tahun 2018.

“Ada jutaan anak yang menyantap makanan yang salah dan ini tidak sejalan dengan hak mereka untuk mendapatkan gizi yang cukup, selain dapat mengakibatkan konsekuensi kesehatan yang berat dan berjangka panjang,” kata Robert.

“Namun, dengan kebijakan dan program yang tepat, para pengambil keputusan dan pelaku usaha bisa mengubah mutu pilihan makanan bagi anak dan memastikan agar makanan yang aman, sehat, dan terjangkau tersedia untuk semua orang,” tambahnya.

Kondisi kelebihan berat badan dan obesitas, sebut Robert, memiliki konsekuensi berat terhadap anak. Termasuk diabetes dini dan tekanan darah yang tinggi, masalah psikososial terkait stigma dan perundungan oleh anak lain, dan capaian pembelajaran yang lebih rendah.

Anak-anak dengan berat badan berlebih dan yang mengalami obesitas juga lebih berisiko mengalami berbagai bentuk penyakit tidak menular namun mengancam nyawa saat dewasa kelak. Misalnya, penyakit jantung, stroke, dan beberapa jenis kanker.

“Kondisi-kondisi tersebut juga memiliki implikasi ekonomi dalam bentuk biaya kesehatan langsung yang harus ditanggung keluarga untuk pengobatan dan perawatan di fasilitas kesehatan. Bentuk lainnya adalah peningkatan beban finansial pada sistem kesehatan,” ujarnya.

UNICEF pun, kata Robert, menyerukan agar semua pihak, baik pemerintah pusat maupun daerah, masyarakat sipil dan pelaku sektor swasta, bersama-sama memprioritaskan kebijakan dan program untuk menjamin hak anak mendapatkan gizi yang layak selama dan setelah pandemi.

 

DENY

Exit mobile version