TOBA (Kontroversinews.com) – Pembunuhan guru SD di Desa Lumban Lobu, Kecamatan Bonatualunasi, Kabupaten Toba masih dalam proses pemeriksaan.
Kini, pihak petugas tengah berada di lokasi untuk mengamankan situasi, sebab masyarakat sekitar ikut menyaksikan rekonstruksi tersebut.
Korban Marta boru Butarbutar yang mengalami 24 tusukan kini diperagakan ulang oleh dua tersangka yanng sudah ditangkap oleh pihak kepolisian.
Dua tersangka; Rikki Tambunan (24) dan DN (16) terlihat digiring pihak kepolisian saat memeragakan pembunuhan sadis tersebut.
Rekonstruksi yang diselenggarakan langsung di rumah korban, di Desa Lumban Lobu, Kecamatan Bonatualunasi, Kabupaten Toba.
Dalam rekonstruksi tersebut, pihak kepolisian menuturkan sebanyak 25 adegan dalam pembunuhan tersebut.
“Ada 25 adegan tadi. Ini sedang berlangsung. Dan selesai rekonstruksi di rumah korban, kita langsung bawa tersangka ke Mapolres Toba,” ujar Kasat Reskrim Polres Toba AKP Nelson Sipahutar.
Terlihat masyarakat dijaga ketat pihak kepolisian agar tidak terjadi keributan saat rekonstruksi berjalan.
Sebelumnya telah diinformasikan bahwa tersangka Rikki Tambunan (24) merupakan satu dari tiga tersangka pembunuhan seorang guru SD di Desa Lumban Lobu Marta boru Butarbutar mengakui telah melakukan beberapa pencurian.
Saat digiring, tersangka Rikki Tambunan tertatih-tatih melangkah karena kaki kanannya ditembak oleh polisi.
Dari keterangan sebelumnya, Kasat Reskrim Polres Toba AKP Nelson Sipahutar, tersangka Rikki Tambunan melakukan perlawanan ketika proses penangkapan di Medan pada Rabu (26/5/2021).
Usai konferensi pers, Kapolres Toba AKBP Akala Fikta Jaya menanyai tersangka Rikki Tambunan atas perlakuannya sebelum terciduk polisi pada Rabu (26/5/2021) di Medan.
“Udah berapa kali mencuri, kita ada datanya,” tanya Kapolres Toba AKBP Akala Fikta Jaya kepada tersangka Rikki Tambunan.
“Sudah seringlah. Jujur aja, iya kan,” sambung Kasat Reskrim Polres Toba AKP Nelson Sipahutar.
Terlihat, tersangka Rikki Tambunan hanya mengangguk saja dan mengatakan, “iya, Pak”.
“Motif ini selain dikatakan JH tadi, apakah ada motif lain, enggak?,” tanya Kapolres Toba AKBP Akala Fikta Jaya kembali.
“Enggak ada, Pak,” sambung Rikki Tambunan.
Kapolres Toba AKBP Akala Fikta Jaya kembali mempertanyakan tersangka Rikki Tambunan, “berarti hanya pencurian?”
Kemudian timbul pertanyaan kepada tersangka Rikki seputar penyesalannya akibat kejadian tersebut.
“Iya,” ucap Rikki Tambunan sambil mengangguk. Dia juga menepis bahwa dirinya termasuk anggota geng motor.
Perihal pencurian yang dilakukan oleh Rikki Tambunan, pihak kepolisian masih mendalaminya.
“Terkait pencurian ini, kita masih dalami lagi. Ini, mungkin ada korban lain yang bisa kita tanya dan bisa kita ungkap,” pungkasnya.
Tersangka yang menjadi otak pelaku pembunuhan guru SD di Toba, Sumatera Utara, ternyata masih sangat belia berumur 15 tahun.
Sosok pelaku belia itu diketahui bernama Junanda Hasibuan, dan kini masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Sementara dua tersangka lainnya yang telah ditangkap adalah Yosef Rikki Tambunan, dan Davidson Napitupulu
Kapolres Toba AKBP Akala Fikta Jaya menuturkan pembunuhan terhadap Marta boru Butarbutar berawal dari niat tersangka Junanda Hasibuan untuk mencuri di rumah korban.
Junanda Hasibuan dan Yosef Rikki Tambunan kemudian merencanakan aksi pencurian tersebut.
“Pada Minggu (23/5/2021) sekitar pukul 14.00 WIB, tersangka JH dan YrT yang berada di dalam sebuah warnet di Kota Porsea, berniat untuk melakukan pencurian,” ujar Kapolres Toba, Jumat (28/5/2021).
Setelah 2,5 jam berembuk, tepatnya pada pukul 16.30 WIB, kedua tersangka tersebut mempersiapkan siasat dan alat yang digunakan untuk mencuri.
“Pada pukul 16.30 WIB, JH dan YRT mencari dan mempersiapkan benda yang akan digunakan untuk melakukan pencurian berupa sebuah obeng dan sebuah kunci baut. Setelahnya, benda ini berada dalam penguasaan JH,” sambungnya.
Pada malam hari, ketiga tersangka yakni Junanda Hasibuan, Yosef Rikki Tambunan, dan Davidson Napitupulu berkumpul di sebuah warnet dan bersiap melakukan pencurian di rumah korban.
Pada saat itu, Junanda Hasibuan mengatakan agar mereka mencuri di kampungnya Junanda Hasibuan, di Desa Lumban Lobu.
“Alasan mereka adalah di sana ada seorang guru perempuan dan hanya tinggal sendirian. Mereka memastikan bahwa di rumah tersebut ada laptop, uang dan HP serta benda-benda berharga lainnya yang bisa dicuri,” terangnya.
Berselang beberapa menit, tersangka Davidson Napitupulu tiba setelah diajak melalui chat.
Ketiganya kemudian berkumpul di dalam warnet yang ada di Kota Porsea.
“Pada pukul 23.00 WIB, warnet tutup sehingga mereka pindah ke warnet yang lain yang berada di Kota Porsea juga. Dan sekitar pukul 23.30 WIB, mereka meminjam sepeda motor untuk berangkat ke lokasi pencurian, rumah korban,” tuturnya.
“Pada Senin (24/5/2021), sekira pukul 01.00 WIB, mereka berangkat setelah mendapatkan sepeda motor. Tersangka YRT yang membawa sepeda motor, lalu tersangka JH membawa sebuah obeng dan kunci dalam kantong,” ujarnya.
Setibanya di Desa Lumban Lobu, Kecamatan Bonatualunasi, Kabupaten Toba, pada Senin (24/5/2021) pukul 01.30 WIB, tersangka memarkirkan sepeda motor di jarak sekitar 500 meter. Mereka pun sudah memastikan tidak terlihat oleh warga yang melintas.
“Kemudian tersangka JH memandu jalan menuju rumah korban melalui pematang sawah,” lanjutnya.
Setelah tiba di belakang rumah korban, para tersangka mengatur posisi.
“Tersangka DN berada di sudut belakang rumah memantau kondisi antara belakang rumah korban dan samping kanan rumah korban. Sedangkan untuk tersangka YPT memantau di sisi rumah korban. Untuk JH lah yang langsung menuju jendela dan langsung mengeluarkan sebilah pisau dari pinggangnya yang dibalut dengan menggunakan kain putih,” sambungnya.
Lalu, tersangka Junanda Hasibuan masuk ke dalam rumah.
Saat itu kondisi rumah korba gelap gulita. Lampu kamar dan ruang tamu dalam kondisi mati.
Sebelum Junanda Hasibuan mencari benda apa yang dicuri, korban langsung menyalakan lampu ruang tamu dan berteriak.
“Korban teriak ‘maling’ saat tersangka JH terlihat. Pisau yang ada di tangan tersangka JH langsung ditusukkan ke tubuh korban,” tuturnya.
Korban Marta boru Butarbutar akhirnya terjatuh. Saat bersamaan, korban juga melakukan perlawanan.
“Lalu, tersangka JH memanggil temannya tersangka YRT. Tersangka YRT langsung masuk melalui jendela yang mereka buka. Kemudian, mendapati korban sudah bersimbah darah dan melakukan perlawanan. Akibat dari teriakan korban, YPT langsung menutup paksa mulut korban dengan kain putih,” lanjutnya.
Bukan hanya itu, tersangka YRT juga menekan kuat leher korban. (Sumber:Tribunnews.com)