CIWIDEY | Kontroversinews – Sopian (18), anak buruh tani di Kampung Limbangan RT 02 RW 24 Desa Lebakmuncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, harus mengalami kisah hidup yang pilu. Pasalnya, pada kaki kanannya muncul pembengkakan benjolan yang cukup besar, sehingga Sopian sulit bergerak dan sehari-harinya hanya bisa berdiam diri di atas kasur.
Ibunda Sopian, Eti (39), menceritakan bahwa benjolan tersebut sudah ada sejak Sopian kecil. Karena benjolannya berukuran kecil dan Sopian tidak merasakan sakit, Eti menganggapnya hanya benjolan biasa. Tetapi, Eti tetap memeriksakan anaknya tersebut.
Pertama, Eti membawa Sopian ke ahli tulang, tetapi katanya tidak ada masalah kesleo kaki atau patah kaki. Kemudian Eti memeriksakannya ke klinik sebanyak dua kali.
“Awalnya, kata dokter keropos tulang. Kemudian, kata dokter harus dibawa ke rumah sakit dan kemungkinan bisa diamputasi,” ujar Eti saat ditemui dirumahnya, di Kampung Limbangan RT 02 RW 24 Desa Lebakmuncang Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung, Kamis (4/6), Kemarin.
Selanjutnya Eti membawa Sopian untuk berobat ke Rumah Sakit Hasan Sadikin. Rencananya, pada Kamis (4/6), Sopian dijadwalkan untuk pemeriksaan lanjutan. Tetapi, sehari sebelum pemeriksanaan, kondisi Sopian sedikit ngedrop yang membuat gula darahnya meningkat.
“Mau ngambil jadwal bedah, tetapi satu hari itu, dia gak mau makan dan apa-apa. Kemarin ngedrop, jadi gula darahnya naik,” jelas Eti.
Sopian adalah anak dari Muchtar dan Eti. Dalam kesehariannya, Ayah Sopian bekerja sebagai buruh tani yang pendapatan sehari-harinya tidak pasti. Sedangkan Eti hanya sebagai ibu rumah tangga. Dalam membiayai pemeriksaan Sopian, Eti hanya bisa mengandalkan BPJS Kesehatan pribadi yang dimilikinya. Sebelumnya Eti pernah mengajukan SKTM, tetapi tidak di acc sehingga terpaksa Eti mendaftar BPJS pribadi.
“Yang saya pikirkan dan yang membuat saya berat itu biaya depannya, seperti kemoterapi an lain-lain. Perjalanan ke rumah sakit juga jauh sehingga perlu biaya banyak. Bantuan alhamdulillah ada, seperti sembako, ada juga bantuan dari lingkungan sekitar, dari desa juga ada bantuan mobil desa, jadi kalau berobat lebih mudah. Selama berobat lumayan sudah agak besar, gak kehitung karena nyicil, Rp10 juta mah sudah ada,” tutur Eti.
Eti berharap ada pihak yang mau membantu anaknya. Untuk biaya pengobatan dan biaya setelah pengobatan. Eti mengaku berat harus membayar biaya BPJS Kesehatan pribadinya, karena perbulan harus membayar Rp102.000. Padahal pendapatan suaminya tidak menentu.
“Saya sebagai ibunya berjuang sebisa mungkin. Saya memikirkan bagaimana biaya pengobatan Sopian kedepannya,” tandasnya.
Sementara itu, Camat Ciwidey, H. Karyadi Raharjo, saat di mintak tanggapan disela sela waktu menjenguk dan memberikan bantuan kepada keluarga Sopian , Kamis (4/6), mengatakan bahwa pihaknya akan berupaya untuk kesembuhan Sopian, utamanya terkait biaya pengobatan.
“Kita akan melayangkan surat secara resmi rekomendasi dimulai dari RW, Desa hingga Camat,” ujar Karyadi.
Pihaknya akan menugasi pejabat khusus untuk mengawasi pengobatan Sopian. Selain itu, Karyadi juga berjanji akan mengawal terus proses pengobatan Sopian, dari awal hingga benar-benar sembuh.
“Kita juga akan kawal hingga pasca pengobatan. Jika pada akhirnya Sopian harus diamputasi, kita akan upayakan kaki palsunya,” tegas Karyadi.
Selain itu, Anggota Komisi V DPRD Provinsi Jawa Barat, H. Dadang Supriatna, mengaku prihatin dengan apa yang dialami oleh Sopian. Dirinya berharap Sopian bisa mendapatkan kesembuhan sehingga beraktivitas normal kembali. Selain memberikan bantuan biaya pengobatan sebesar Rp. 5 juta, Dadang juga akan membantu Sopian agar bisa melanjutkan pendidikannnya. Karena Sopian bisa hanya mengenyam pendidikan tingkat sekolah dasar.
“Kalau sudah sembuh, kita akan bantu pendidikannya melalui paket B atau C dan bisa melanjutkan ke Perguruan tinggi saya akan bantu untuk biaya ke perguruan tinggi . Mudah-mudah Sopian bisa lebih semangat dan tidak minder sehingga bisa melanjutkan sekolahnya,” pungkas Dadang. (Lily Setiadarma)