Mengenal Anemia Hemolitik dan Penyebabnya, Kerap Dialami Sejak Bayi

oleh
oleh
Anemia Hemolitik /Ilustrasi

Kontroversinews.com Anemia adalah kelainan darah yang ditandai dengan kurangnya jumlah sel darah merah dari batas normal. Maka dari itu, kondisi ini disebut juga penyakit kurang darah.

Terdapat beberapa macam anemia yang telah teridentifikasi. Salah satu jenis anemia yang kerap dialami sejak bayi adalah anemia hemolitik.

Anemia hemolitik adalah kelas anemia yang disebabkan oleh penghancuran sel darah merah, peningkatan katabolisme hemoglobin, penurunan kadar hemoglobin, dan peningkatan upaya sumsum tulang untuk meregenerasi produk.

Biasanya, sel darah merah bertahan selama sekitar 120 hari di dalam tubuh. Pada anemia hemolitik, sel darah merah dalam darah dihancurkan lebih awal dari biasanya.

Ada banyak penyebab anemia hemolitik, yang memiliki beberapa cara yang dapat dipecah berdasarkan penyakit akut dan kronis, imun vs non-imun dimediasi, intravaskular atau ekstravaskular, diwariskan atau didapat, dan intracorpuscular atau ekstrakorpuskular.

Penyebab intracorpuscular mengacu pada kelainan pada sel darah merah itu sendiri. Sel darah merah dapat rusak secara internal ketika kelarutan hemoglobin diubah (hemoglobinopati), struktur membran atau sitoskeleton berubah (membranopati), atau kemampuan metabolismenya (enzimopati) menurun.

Contoh hemoglobinopati termasuk penyakit sel sabit (SCD) dan thalasemia. SCD disebabkan oleh mutasi gen beta-globin yang menyebabkan polimerisasi hemoglobin-S, lengket, dan, karenanya, hemolisis. Thalasemia adalah penyebab paling umum dari anemia hemolitik herediter dan disebabkan oleh kekurangan sebagian atau seluruhnya dari salah satu rantai globin alfa atau beta utama hemoglobin A.

Sedangkan, penyebab ekstrakorpuskular mengacu pada cacat yang dipengaruhi oleh faktor eksternal, termasuk mekanis, yang diperantarai imun, atau infeksi. Transfusi sel darah merah dapat menyebabkan reaksi hemolitik akut dan tertunda.

Trauma mekanis pada sel darah merah terlihat dengan mikrotrombus, fibrin, atau gaya geser katup. Patogen seperti malaria dan babesiosis diketahui merusak sel darah merah serta obat-obatan seperti dapson, yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit ini, juga memiliki efek merusak karena memiliki potensi oksidan.

Maka dari itu, penyakit anemia hemolitik memerlukan penanganan yang tepat agar terhindar dari komplikasi pada jantung, seperti gangguan irama jantung atau gagal jantung.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *