Kab Bandung | Kontroversinews. – Beberapa pengelola objek wisata Bandung selatan mengeluhkan penurunan angka pengunjung sejak beberapa bulan yang lalu. Menurunya angka pengunjung objek wisata yang berada di wilayah Ciwidey- Rancabali Kabupaten tersebut, diakibatkan adanya proyek penyaluran System penyediaan Air Minum (SPAM) perusahaan daerah Air Minum (PDAM) Tirta Raharja Kabupaten Bandung sejak beberapa bulan lalu.
H. Endang Suherman Manager Objek wisata Glamping Laksade patengan kecamatan Ranacabali mengatakan, jumlah pengunjung wisatawan ke lokasi glamping sejak beberapa bulan yang lalu mengalami penurunan.
“Sejak adanya proyek vivanisasi dibawah, para pengunjung merasa males untuk berkunjung karena macet sejak memasuki wilayah Soreang- Pasirjambu,” jelas H. Endang kepada wartawan di lokasi glamping laksade, Minggu , (27/5)
Menurutnya sejak bulan Januari sampai April 2018 angka pengunjung wisatawan ke glamping laksade terus mengalami penurunan, hal itu terjadi sejak adanya proyek Vivanisasi SPAM Gambung. Sehingga para pengunjung wisata yang hendak berpariwisata ke lokasi objek wisata di wilayah Ciwidey sekitarnya, merasa males karena waktu habis di jalan karena sering terjadi kemacetan.
“Informasi dari para pengunjung dan komunikasi dengan pengusaha travel, mereka enggan untuk berkunjung karena waktunya habis di jalur (jalan menuju lokasi wisata) karena macet,” jelas H. Endang menirukan bahasa dari para pengunjung
Lebih lanjut, H. Endang bercerita setelah beberapa bulan mengalami penurunan angka pengunjung yang diprediksi akibat adanya proyek galian SPAM Gambung tersebut. Walau kondisi galian sudah tidak mengakibatkan macet, sampai saat ini, awal bulan Ramadan jumlah pengunjung masih sepi bahkan mengalami penurunan hingga 70%.
“Memang sih, kalau bulan puasa biasa sepi pengunjung. Selain pada menjalankan ibadah puasa, kamipun dihimbau Pemkab. Bandung agar membuka lokasi objek wisata mulai jam 4 sore,” jelas H. Endang
Selain dihimbau mulai buka sore hari oleh pemerintah, pihaknya juga dilarang untuk membuka warung atau stand yang berjualan makanan siap saji selama bulan ramadan. Sehingga para pengunjung khususnya wisatawan yang datang dari luar negeri merasa kecewa.
“Delematis buat kami, sisilain kita harus melayani konsumen atau pengunjung glamping laksade. Tapi juga sebagai warga taat aturan harus mengikuti himbauan yang diberikan pemerintah Kabupaten Bandung,” akunya
H. Endang berharap kepada pemerintah himbauan yang disampai kan pemerintah melalui surat edaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bandung sedikit ada kebijakan bagi objek wisata. Karena dari sekian wisatawan yang berkunjung selama bulan ramadan, ada wisatawan mancanegara.
“Mereka suka komplen karena kami tidak menyediakan stand dan tidak membuka resto siap saji. walau demikian kami tetap memberikan penjelasan terkait tradisi dan peraturan di biasa diterapkan di wilayah Kabupaten Bandung,” tuturnya
H. Endang menambahkan walaupun kondisi angka pengunjung objek wisata glamping laksade mengalami penurunan sejaka awal tahun 2018, pihaknya tidak mengurungkan program pemberdayaan masyarakat sekitar lokasi glamping karena hal itu sudah menjadi komitmen pihaknya dalam meningkatakan perekonomian warga sekitar.
“Kan kami sudah komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan warga sekitar. oleh karena itu, kami sudah menjalankan beberapa program pemberdayaan warga. Salah satunya memberikan bantuan bantuan peternakan ayam kepada 4 kelompok dan menyantuni anak yatim dalam program tarawih selama bulan ramadan,” jelasnya
Program pemberdayaan masyarakat sekitar, objek glamping akan menyalurkan CSR kepada beberpara kelompok pertenakan ayam dan ikan bagi warga se Desa Patengan Kecamatan Rancabali. Dirinya optimis dengan adanya objek wisata glamping laksade, bisa dirasakan masyarakat banyak juga bisa meningkatkan perekonomian dan mensejakterakan warga sekitar khususnya.
“Penyaluran CSR dengan program pemberdayaan kelompok ternak bagi warga sekitar glamping, kami optimis hal itu bisa meningkatan perekonomian masyarakat patengan,” pungkasnya ( Lily Setiadarma)