Kontroversinews.com– Menurut Psikolog Klinis Dewasa dan Founder Anastasia & Associate, Anastasia Sari Dewi, hubungan yang sehat adalah hubungan yang ‘saling’. Saling memberi dan saling menerima secara seimbang antara kedua pihak.
“Coba amati, dalam hubunganmu, apakah give and take-nya terjadi? Atau kamu cuma give, give, give, dan take-nya cuma sekali. Harusnya secara tulus dari kedua pihak itu ada kesadaran untuk melakukan itu,” kata Psikolog yang akrab disapa Sari, di acara e-Life detikcom.
Meski menyakitkan, namun beberapa orang seakan terjebak dalam hubungan yang serasa berat sebelah ini. Menurut Sari, rasa terbiasa dengan pola hubungan seperti ini dapat membuat seseorang enggan pergi.
“Yang sering saya temui di klien-klien, ada banyak faktor yang mereka sadar dan mereka nggak sadar. Biasanya juga campur aduk nih sama pola yang dia bawa dari dulu, terbiasanya dengan pola yang seperti apa dia di rumah melihat hubungannya dengan orang tua, dan lain-lain. Itu seringkali sadar dan tidak sadar juga dalam hubungannya yang sekarang menjadi terpengaruh juga,” terangnya.
Setiap hubungan tentu berbeda, tergantung dengan kepribadian pihak-pihak di dalamnya. Ada kalanya seseorang mendapat kepuasan dengan banyak memberi, sehingga ketika dipertemukan dengan pasangan yang bergantung, hubungan justru terasa menyenangkan.
“Misalkan yang satu senang dengan bergantung atau manja, dan yang satu juga punya kepuasan dengan nurturing yang seperti itu ya ini kan jadinya klop. Bahasa cintanya cocok lah ya dibilang.”
“Ya silakan gitu kembali lagi ke dalam relationship. Masalahnya tinggal saling mau atau nggak. Kalau misalkan yang satu mau dan yang satu beban atau berkorban ya itu baru kita bisa katakan toxic,” jelas Sari.