Site icon kontroversinews.com

Kencan Online Hanya Buang-buang Waktu? Kenapa?

Kencan Online/Ilustrasi

Kontroversinews.com-Saat pandemi mulai memasuki Indonesia, kencan online pun makin diminati. Memang, kencan online bisa mengobati rasa “haus” orang-orang yang mendambakan kencan normal tapi sulit bertemu. Kencan online juga memiliki beberapa kelebihan, seperti lebih banyak potensi kecocokkan, menghemat waktu, atau menghemat uang.

Namun, sama seperti kencan normal pada umumnya, kencan online pun memiliki kekurangan yang sama, seperti sangat mudah mengatakan sesuatu yang salah. Lebih jauh, menurut penelitian, kencan online rupanya hanya buang-buang waktu saja. Ya, meski situs kencan eHarmony mengklaim bahwa 20 persen hubungan asmara yang ada saat ini dimulai dari kencan online, sebuah penelitian baru mengatakan hal berbeda.

Menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal Psychological Science itu, mendapatkan koneksi online yang cocok dengan kita sangat bergantung pada keberuntungan. Penelitian itu juga menyebut bahwa mencocokkan orang dengan sifat dan nilai yang sama –hal yang dipakai dalam algoritma situs kencan online– merupakan metode yang buruk. Penelitian tersebut mengklaim bahwa sebenarnya tidak mungkin mencari tahu apakah orang yang memiliki nilai dan sifat yang sama itu bisa jatuh cinta. “Ketertarikan tidak mungkin diprediksi sebelum dua orang benar-benar bertemu,” kata Samantha Joel, profesor psikologi Universitas Utah yang juga merupakan peneliti utama dalam penelitian.

 

Menurutnya, sebuah hubungan bukan hanya menyatukan beberapa bagian tertentu, Namun, harus ada pengalaman bersama yang terjadi saat bertemu langsung dengan seseorang. Nah, untuk mencapai hasilnya, Joel dan timnya menggunakan data kencan kilat untuk mengonfirmasi kemampuan algoritma berbasis komputer dalam memprediksi koneksi yang akan terjadi pada dua orang yang awalnya tak saling mengenal. Memang, komputer mungkin dapat memprediksi seberapa besar seseorang menginginkan pasangan. Komputer juga bisa menilai seberapa besar kesamaan keduanya. Namun, komputer tak dapat menunjukkan apa yang membuat dua orang jatuh cinta satu sama lain.

Dalam penelitian, para peneliti menggunakan algoritma machine-learning mutakhir untuk menguji apakah mungkin komputer dapat memprediksi hasrat romantis seseorang hanya dengan tanggapan kuesioner yang mencakup lebih dari 100 sifat dan preferensi. Setelah menyelesaikan kuisioner, para partisipan pun akan bertemu satu sama lain dalam serangkaian kencan empat menit. Lalu, mereka akan menilai interaksinya, menunjukkan minat dan ketertarikan terhadap setiap orang yang dikencaninya.

Setelah angka-angkanya diurutkan, para peneliti menemukan bahwa komputer tidak dapat memprediksi kecocokan setiap pasangan. “Kami menemukan bahwa kami tidak dapat mengantisipasi seberapa besar keinginan individu untuk mengencani satu sama lain dalam konteks kencan kilat dengan tingkat akurasi yang berarti,” kata Joel.

Joel mengatakan bahwa pihaknya memprediksi akan menemukan beberapa varian karena telah menggunakan 100 prediktor. Kenyataannya, mereka tidak dapat memprediksi apapun. Rekan Joel, Paul W. Eastwick dari University of California juga memiliki pendapat serupa, yakni tak dapat mengetahui beberapa varian karena memang kencan online tidak dapat memprediksinya. “Keinginan romantis mungkin lebih seperti gempa bumi, melibatkan proses yang dinamis dan kekacauan, bukan reaksi kimia yang melibatkan kombinasi sifat dan preferensi yang tepat,” pungkasnya.

Exit mobile version