KONTROVERSINEWS.COM– Gejala stroke atau serangan otak mendadak di usia muda bisa juga karena faktor bawaan. Ada dua jenis stroke yaitu stroke penyumbatan (iskemik) dan stroke perdarahan (hemoragik). Stroke iskemik terjadi karena penyempitan pembuluh yang akhirnya menyumbat darah dan tidak bisa lancar mengalir ke otak. Sementara stroke hemoragik terjadi karena ada pembuluh darah otak yang pecah sehingga terganggu fungsi otak akibat penekanan dari bekuan darah itu.
Sebanyak 85 persen pasien stroke terserang stroke iskemik sementara 15 persen menderita stroke hemoragik. Yang perlu diingat adalah kedua jenis strok tersebut sama-sama membuat sel otak perlahan mati karena tidak mendapat suplai darah.
“Selain itu sebagian kecil stroke pada usia muda bisa akibat kelainan bawaan pembuluh darah. Anak muda ini sering kena aneurisma, pembesaran atau penonjolan pembuluh darah karena dinding pembuluh darah lemah dari lahir dan berpotensi pecah,” kata dokter yang juga menjabat sebagai direktur RS PON ini.
Dokter Mursyid mengatakan laki-laki lebih berpotensi terserang stroke karena memiliki faktor risiko lebih besar ketimbang perempuan. Meskipun demikian presentasenya tidak begitu jauh, yakni 55 persen laki-laki dan 45 persen perempuan.
“Pada perempuan terdapat hormon yang cenderung melindungi pembuluh darah sehingga tidak rentan terkena penyumbatan,” kata dr. Mursyid Bustami.
Kemenkes mencatat, terdapat tiga provinsi dengan prevalensi stroke tertinggi yakni Kalimantan Timur, Yogyakarta, dan Sulawesi Utara.
Dokter Dodik Tugasworo mengatakan bahwa pada daerah tertentu memang terdapat kendala bagi penderita untuk mendapatkan penanganan segera. Kendala tersebut antara lain kondisi geografis, keterbatasan fasilitas RS, tidak adanya tenaga kesehatan yang kompeten seperti dokter spesialis saraf.
Menurut catatannya, jumlah total dokter spesialis neurologi di Indonesia mencapai 2.500 orang dengan rasio 1 dokter untuk 108 pasien, 60 orang dokter neurointervensi yang rasionya 1:4500 pasien, dan 200 orang dokter ahli spesialis bedah saraf dengan rasio 1:1.350 pasien.
Ia juga menyarankan pemerintah untuk lebih menyediakan RS khusus penanganan stroke dan menyediakan fasilitas untuk memudahkan pasien untuk mencapai RS.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia atau WHO, terdapat lebih dari 13,7 juta kasus stroke baru per tahun. Secara global, 1 dari 4 penduduk usia di atas 25 tahun akan mengalami stroke. Setiap tahun 60 persen seluruh kasus stroke menyerang mereka yang berusia di bawah 70 tahun.
Pentingnya latihan fisik setelah sserangan stroke
Koodinator Litbang Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Rehabilitasi Indonesia (PERDOSRI), dr. Vitriana, menilai latihan fisik setelah serangan stroke penting agar penderita dapat beradaptasi dan kembali berfungsi secara mandiri. Orang yang sudah pernah stroke harus rehabilitasi secara komprehensif seperti fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, ortotis prostestis juga psikologi.
“Latihan fisik dilakukan secara bertahap dari 2 minggu-6 minggu karena jika dalam waktu lama tidak di rehabilitasi, maka akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan fungsi awalnya, latihannya pun harus terus menerus, tidak bisa berhenti di tengah jalan,” kata dia.
Stroke dapat menyebabkan gangguan kognisi, jantung, paru, keseimbangan, komunikasi dan penglihatan. Hal tersebut, jika digabungkan akan menyebabkan keterbatasan aktivitas baik dalam peran sehari-hari maupun lingkungan masyarakat.
“Latihan yang bisa diberikan untuk pasien stroke antara lain latihan fleksibilitas, latihan penguatan seperti angkat beban, senam aerobik, latihan keseimbangan, dan latihan koordinasi seperti menangkap bola.”
Sumber: Ayobandung