JAKARTA (Kontroversinews.com) – Sejak beberapa bulan lalu Tasya Kamila menutup rapat kondisi kesehatan suaminya Randi Bachtiar yang diketahui mengidap kanker Limfoma Hodgkin stadium 2.
Kabar ini menjadi viral setelah Tasya Kamila membagikan ceritanya melalui unggahan foto di akun Instagram-nya @tasyakamila.
Sebagaimana dilansir laman WebMD, Minggu (9/5/2021), limfoma hodgkin adalah kanker yang dimulai pada sel-sel sistem kekebalan yang melawan infeksi dan disebut limfosit.
Sel-sel ini berada di kelenjar getah bening, limpa, timus, sumsum tulang, dan bagian tubuh lainnya. Ketika menderita limfoma, limfosit berubah dan tumbuh di luar kendali.
Tentunya terdapat beberapa gejala yang bisa menjadi indikator kanker limfoma hodgkin, di antaranya:
1. Kelenjar bengkak (kelenjar getah bening) seringkali muncul di leher, ketiak, atau selangkangan yang tidak menimbulkan rasa sakit
2. Batuk
3. Sesak napas
4. Demam
5. Keringat malam
6. Kelelahan
7. Penurunan berat badan
8. Gatal
Meski demikian, ada pula beberapa gejala ini yang juga bisa menjadi tanda peringatan dari penyakit lain. Oleh karena itu, sebaiknya segera menghubungi dokter dan berkonsultasi untuk memastikan penyakit yang diderita.
Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk mengecek kelenjar getah bening yang membengkak.
Meski demikian, gejala ini tidak berarti bahwa seseorang menderita kanker. Seringkali infeksi yang tidak berhubungan dengan kanker menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening.
Seseorang mungkin memerlukan biopsi kelenjar getah bening untuk memeriksa sel kanker. Untuk tes ini, dokter akan mengangkat semua atau sebagian dari kelenjar getah bening, atau menggunakan jarum untuk mengambil sedikit jaringan dari kelenjar yang terkena.
Perawatan yang bisa dilakukan tergantung pada jenis limfoma yang dimiliki dan stadiumnya. Perawatan utama untuk limfoma non-hodgkin adalah:
– Kemoterapi yang menggunakan obat untuk membunuh sel kanker
– Terapi radiasi yang menggunakan sinar berenergi tinggi untuk menghancurkan sel kanker
– Imunoterapi yang menggunakan sistem kekebalan tubuh untuk menyerang sel kanker
– Terapi bertarget yang menargetkan aspek sel limfoma untuk mengekang pertumbuhannya.
Jika perawatan tersebut tidak berhasil, mungkin harus menjalani transplantasi sel induk. Seseorang akan mendapatkan kemoterapi dosis tinggi.
Perawatan ini membunuh sel kanker, tetapi juga menghancurkan sel induk di sumsum tulang yang membuat sel darah baru.
Setelah kemoterapi, seseorang akan mendapatkan transplantasi sel induk untuk menggantikan sel induk yang dihancurkan.