Kegiatan Reses Sebagai Wadah Aspirasi Masyarakat

oleh
oleh

Kab. Bandung | Kontroversinews.-Pada kegiatan reses di Gedung Gor Kelurahan Baleendah Kecamatan Baleendah, H. Firman B. Sumantri, beberapa wakktu lalu, lebih diprioritaskan melakukan sharing dengan masyarakat seputar perkembangan wilayah. Salah satu item yang menjadi sorotannya mengenai kondisi Cieunteung dan sekitarnya yang menjadi langganan banjir di setiap musim penghujan. Selain itu ia membahas pula tentang infrastruktur serta laju perekonomian masyarakat.

Menurut Firman, laju perkembangan perekomian di Kecamatan Baleendah terhambat bersifat pluktuatif. Pada musim kemarau bisa jadi bisa berkembang sebaliknya di musim penghujan akan terhambat dikarenakan banjir. Jelas ini diperlukan pemikiran agar bisa memberikan solusi terbaik bagi masyarakat. Ia juga mengajak kepada masyarakat untuk melakukan dialog langsung. Dengan kegiatan dialog tersebut diharapkan bisa tercapai kesepakatan berupa pemecahan masalah untuk sementara. Karena setiap orang atau wilayah pasti mempunyai kepentingan dan kebutuhan berbeda.

Saat ini, lanjut H. Firman, ia hanya bisa mewadahi dan menyerap setiap aspirasi masyarakat untuk diagendakan. Selamjutnya bagaimana akan dilakukan koordinasi antar pihak guna sebagai langkah penuntasan masalah. Sementara permasalahan imfrastruktur yang menjadi sorotan masyarakat pada dialog tersebut, diakui Firman, memang belum optimal di dalam penyelenggaraannya. Selain kualitas dan kuantitas, masa ketahanan infrastruktur yang dikerjakan bisa dikatakan terbilang pendek. Sehingga hamper setiap tahun harus dilakukan pembenahan.

Aspek ketidak stabilan infrastruktur ini yang diungkapkan Firman sebagai penghambat laju perkembangan perekonomian masyarakat. Bisa jadi banjir di wilayah Baleendah merupakan gambaran meluapnya Sungai Citarum. Tapi kerusakan infrastruktur pun bisa sebagai penunjang terjadinya banjir. Apa lagi dari aspek pemeliharaan tidak dilakukan secara signifikan.

“Ada beberapa faktor kesalahan di dalam pembangunan infrastrutur yang berkaitan dengan drainase. Ketika dilakukan pembangunan, sedimen tanah tidak dilakukan pengangkutan. Lebar dan ketinggian drainase masih mengacu pada bangunan lama. Padahal dengan bertambahnya jumlah penduduk, perlu dilakukan perubahan secara signifikan. Hal itu harus dilakukan sebagai penunjang antisipasi meluapnya air ke jalan,” kata Firman.

Kita sengaja melakukan dialog ini, tambah Firman, agar masyarakat bisa leluasa di dalam meyampaikan aspirasinya. Dengan begitu, kita bisa mengetahui apa yang menjadi harapan dan keinginan masyarakat. Jadi sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk mewadahi, menampung, dan menyerap semua aspirasi masyarakat secara bijak. “Apa pun yang dikatakan masyarakat saat menyampaikan permasalahan, maka akan kami simpan sebagai pembelajaran agar bisa melayani masyarakat dengan baik,” pungkas Firman. (Ki Agus N. Fattah).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *