MEDAN (Kontroversinews.com) – Pemkot Medan dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Sumut) melakukan evaluasi dan pemutakhiran data kasus aktif COVID-19 di Kota Medan turun drastis, dari 7.077 menjadi 1.500 kasus.
Data kasus kasus COVID-19 ini di evaluasi dan dimutakhirkan setelah adanya perbedaan data antara milik Pemko Medan dan Pemprov Sumut. Akibatnya, hal itu memantik perseteruan antara Gubsu Edy Rahmayadi dengan Walikota Medan Bobby Nasution.
Setelah dilakukan evaluasi dan ditemukan selisih data yang sangat drastis, Bobby Nasution meyakini Kota Medan akan segera keluar dari PPKM Level 4.
“Kalau sesuai yang disampaikan pak Menko (Airlangga) kemarin, setelah kita memperbaiki data jumlah dan kasus aktifnya menurun, mudah-mudahan (Medan) akan turun ke level 3, level 2, mudah-mudahan. Kita masih menunggu lah,” ungkap Wali Kota Medan, Bobby Afif Nasutio dilansir dari Era.id, Rabu(15/09/21).
Bobby mengatakan, saat ini Pemko Medan telah mengevaluasi dan memperbaiki data Covid-19 Kota Medan, setelah menggelar rapat koordinasi bersama Gubernur Sumut Edy Rahmyadi, Kapolda Sumut dan Pangdam I Bukit Barisan di kantor Gubernur Sumut.
Dari hasil pemutakhiran data, jumlah kasus aktif di Medan 1.500 kasus.
Dia menjelaskan lantaran pengumuman hasil rapat kemarin dilaporkan pada hari ini, maka data tersebut belum di input. Namun nanti hasil koordinasi terkait data COVID-19 antara Pemko Medan dan Pemprov Sumut itu akan dilaporkan ke kementerian.
“Kita sudah koordinasi, berbicara tentang pendataan juga sudah oke, tinggal di laporkan saja ke kementerian kesehatan. Jadi kementerian kesehatan ke Kemenko,” ungkapnya.
Kata Bobby, hasil evaluasi yang dilakukan, selanjutnya fasilitas kesehatan (Faskes) yang ada di Kota Medan harus melaporkan langsung jumlah kasus aktif itu ke Pemko Medan.
Oleh sebab itu Bobby meminta pihak Faskes turut proaktif dalam memberikan data sebab sangat penting menjadi bahan untuk penanganan lanjutan.”Karena selama ini, hanya kita yang nelpon. Setiap jam 3 tiap harinya, kalau gak di telepon gak dilaporkan (data Covid), Itu upaya kami selama ini. Sementara laboratorium kita disini hampir 21 lab, kalau kita telepon satu satu satu, kan repot juga,” bebernya.
Sementara, Gubernur Edy sebelumnya menjelaskan perbedaan data itu disebabkan adanya data ganda atau Doble saat melakukan input. Sehingga dilaporkan ke pusat dan menyebabkan jumlah kasus di Sumut tak kunjung turun.
“Misalnya kita Swab antigen dan hasilnya positif, langkah selanjutnya tentu kan dia di Swab PCR, yang hasilnya itu akan keluar esok hari. Nah hasil swab antigen tadi kan dilaporkan, dan besoknya ketika hasil PCR ternyata positif, itu juga dilaporkan lagi menjadi kasus harian, akhirnya doble-doble data itu,” pungkasnya.