Hj. Yeyet Friyenti Permudah KBM di Rumah, Menggunakan Modul Pembelajaran

oleh -184 Dilihat
Sejumalah peserta yang terdiri para guru kelas SMPN 2 Ciwidey , saat mengikuti workshop pembuatan modul , di gelar di Aula ruang kelas Sekolah tersebut. Peserta dengan semangat mengikuti pembekalan yang disampai Narasumber R. Komarudin Sholeh M.Pd.

CIWIDEY  | Kontroversinews – Dalam rangka antisipasi Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM) ditengah pandemi Virus Corona (Covid 19), sekaligus mempermudah anak dalam menjalankan kegiatan belajar dirumah, maka SMP Negeri 2 Ciwidey membuat modul pembelajaran, yang bisa mempermudah siswa yang tidak memiliki gadget.

Kepala SMP Negeri 2 Ciwidey, Hj. Yeyet Friyenti SPd., M.M., mengatakan, selama pandemi Virus Corona (Covid 19), kegiatan belajar mengajar, dilaksanakan menggunakan sistem daring, baik melalui via whatsapp atau via google form. Karena, tidak semua siswa bisa mengikuti kegiatan belajar menggunakan sistem daring, sebagai antisipasi dan inisiatif pihak sekolah dan pengawas yang diprakarsai oleh Pengawas SMP Bapak Komarudin Shaleh M.Pd., maka akan ada alat bantu kegiatan belajar mengajar lain, yaitu berbentuk modul pembelajaran.

Kepala SMP Negeri 2 Ciwidey, Hj. Yeyet Friyenty SPd., M.M.,

“Kan tidak semua siswa mempunyai handphone, jadi kita buat modul pembelajaran. Sebelumnya, kita sudah mengadakan workshop dengan narasumber pengawas SMP yakni R. Komarudin Shaleh M.Pd., dengan bahasan materi pembuatan modul pembelajaran, yang diikuti oleh 35 guru mata pelajaran. Pembuatan modul pembelajaran ini akan diberi jangka waktu hingga satu bulan. Kemudian akan dikaji oleh pengawas. Isi dari modul ini tidak akan merubah kurikulum. Intinya, modul ini untuk mempermudah siswa yang tidak memiliki handphone, agar tetap bisa mengikuti kegiatan belajar,” ujar Hj. Yeyet saat di temui di ruang kerjanya , Jumat (26/6).

Kata Yeyet, tidak ada kendala dalam menjalankan kegiatan belajar menggunakan daring. Mekipun, kondisi jaringannya belum bisa mencukupi kebutuhan semua kelas, tapi pihaknya akan memperbaiki secara bertahap. Oleh karena itu, dirinya meminta tenaga pengajar wajib melek teknologi.

“Jumlah providernya juga masih terbatas, makanya kita dibuatkan sistem pembelajaran menggunakan modul,” sambung Yeyet.

Yeyet mengungkapkan, 198 siswa SMP Negeri 2 Ciwidey dinyatakan lulus seratus persen. Dan banyak siswa yang melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya, baik negeri, swasta maupun ke MA. Kemudian untuk pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2020, juga berjalan lancar, apalagi pihaknya memfasilitasi calon peserta didik baru yang kesulitan dalam melakukan PPDB secara online.

“Saat ini sudah ada 89 calon peserta didik yang masuk ke SMP Negeri 2 Ciwidey, dengan total kuota sebanyak 256 kursi. Salah satu hal yang menjadi perhatian orang tua yang ingin memasukan anaknya ke SMP Negeri 2 Ciwidey, adalah tidak adanya angkutan umum yang melalui jalur SMP Negeri 2 Ciwidey, sehingga para orang tua berharap ada jalur tersebut agar bisa mempermudah anak berangkat ke sekolah. Meskipun demikian, SMP Negeri 2 Ciwidey adalah sekolah yang berprestasi,” tutur Yeyet.

Sementara itu, Wakasek Kurikulum SMP Negeri 2 Ciwidey, Aris Indriyana SPd., membenarkan adanya kegiatan workshop penyusunan program pembelajaran dan penyusunan modul di masa pandemi Virus Corona (Covid 19). Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi adanya siswa yang tidak memiliki handphone.

“Kita kan belum tahu, sampai kapan kegiatan belajar dirumah dilakukan. Intinya, workshop ini bertujuan untuk mencari cara bagaimana menyusun modul pembelajaran, agar anak-anak yang tidak memiliki handphone bisa tetap belajar, yaitu dengan menggunakan modul. Kemudian dipantau oleh guru mata pelajaran dan guru kunjung,” ujar Aris.

Modul ini, isinya berasal dari guru masing-masing. Yaitu disesuaikan dengan silabus, merujuk kepada tujuan pembelajaran, kemudian disederhanakan dalam bentuk modul. Program ini tidak hanya melatih siswa, tetapi juga melatih guru untuk mengembangkan salah satu profesinya, yaitu untuk bisa mengembangkan karya tulis. Biaya pembuatan modul ini berasal dari anggaran BOS buku.

“Modul ini harus sederhana. Intinya bagaimana materi pembelajaran bisa dengan mudah dicerna, dan materi pokonya sampai ke anak,” pungkasnya. (Lily Setiadarma).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *