Kontroversinews.com – Fenomena harga bahan pokok Bandung naik jelang bulan suci Ramadan 1443 H disebabkan oleh adanya ekspektasi permintaan yang meningkat.
Sejumlah harga bahan pokok Bandung naik, seperti cabai dan daging. Di pasar Kiaracondong misalnya, harga cabai rawit merah menjadi Rp80.000 per kilogram. Padahal, sebelumnya harga cabai jenis itu Rp40.000 per kilogram.
Tak hanya cabai, harga bahan pokok Bandung daging sapi juga naik. Di Pasar Kosambi, saat ini harga daging sapi mencapai Rp130.000 per kilogram untuk kualitas bagus. Sedangkan, untuk kualitas biasa berada di angka Rp100.000-Rp120.000.
“Akibat peningkatan permintaan tersebut, kita belum siap tata niaganya, rantai pasoknya belum efisien. Akibatnya, ketika permintaan naik ditambah pasokan terbatas, maka harga akan meningkat,” kata Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran (Unpad), Maman Setiawan, Kamis, 10 Maret 2022.
Permintaan meningkat, penyebab utama lainnya harga bahan pokok naik adalah, terletak dari rantai pasoknya.
Rantai pasok pangan di Indonesia dinilai belum efisien dan efektif, karena memiliki jalur distribusi yang panjang. Mulai dari petani, tengkulak, ritel, baru sampai ke tangan konsumen.
Jika tata niaga tersebut diatur dan dikendalikan dengan baik, kata Maman, maka seharusnya harga bahan pokok tetap stabil, baik menjelang hari raya ataupun di luar hari raya. Dengan tata niaga yang baik, stok pangan pun akan tetap terjaga.
Maman juga mengakui, beberapa titik rantai pasok didominasi oleh pelaku usaha yang memungkinkan mereka untuk memainkan harga.
Hal itulah, lanjut Maman, yang kerap disebut sebagai kartel atau mafia pangan. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah mendeteksi bahwa ada koordinasi di antara kartel dalam proses rantai pasok pangan.
“Harga di petani sebenarnya aman, ketika masuk ke tengkulak mereka akhirnya mampu memainkan harga. Hal inilah yang harus dibenahi bagaimana agar rantai pasok lebih efisien dan mampu mencegah terjadinya kartel,” ungkapnya. *