JAKARTA (Kontroversinews.com) – Vaksin Covid-19 bisa menyebabkan empat efek samping yang berbeda pada kulit. Seperti halnya gatal hingga bengkak. Sebuah studi oleh ahli alergi di Massachusetts General Hospital menemukan hampir 2% dari 49.197 yang divaksin melaporkan reaksi kulit.
Adalah normal untuk mengalami efek samping ringan setelah vaksin apapun, termasuk vaksin Covid-19. Para ahli pun sepakat bahwa manfaat dalam menyelamatkan nyawa dan mencegah penyakit parah jauh lebih besar daripada kekhawatiran apa pun.
Penelitian yang dipublikasikan di JAMA Dermatology ini menyimpulkan bahwa reaksi tersebut jarang terjadi dan tidak sering terjadi dua kali. Para ahli menemukan ruam dan gatal di tempat lain selain di tempat suntikan adalah reaksi yang paling umum.
Dilansir dari The Sun, Sabtu (26/6) hives adalah reaksi yang paling banyak dilaporkan berikutnya terhadap vaksin Covid-19. Ini merupakan kondisi di mana ruam gatal muncul di kulit.
Hives mungkin muncul di satu bagian tubuh atau menyebar di area yang luas. Ruam biasanya sangat gatal dan berkisar dalam ukuran dari beberapa milimeter dengan ukuran tangan.
Studi ini meneliti vaksin Pfizer dan Moderna, yang memiliki proses RNA messenger yang sama. Secara keseluruhan, kedua vaksin tampaknya menghasilkan jumlah reaksi yang sama di setiap kelompok.
Usia rata-rata orang yang melaporkan efek samping pada kulit adalah 41 tahun dan lebih sering terjadi pada wanita. Sekitar 85% wanita menderita efek samping setelah vaksin Covid-19, dibandingkan dengan 15% pria.
Mengutip dari Sindonews.com, orang kulit putih juga tampaknya melaporkan masalah lebih sering, dengan 62% mengatakan mereka memiliki reaksi kulit. Efek samping tampaknya tidak terjadi lagi dengan dosis kedua, dengan 83% dari kelompok yang mengalami gatal atau ruam pertama kali tidak melaporkannya.
“Ini adalah informasi pertama yang kami miliki tentang risiko kambuhnya reaksi kulit setelah dosis 2 ketika ada reaksi dosis 1. Temuan kami dapat memberikan jaminan kritis kepada orang-orang dengan ruam, gatal-gatal dan pembengkakan setelah dosis 1 vaksin mRNA mereka,” jelas Kimberly G. Blumenthal, MD, MSc, co-director Program Epidemiologi Klinis.
Penulis utama Lacey B. Robinson, MD, MPH, seorang ahli alergi dan peneliti di MGH, menambahkan reaksi kulit saja tidak boleh menjadi alasan untuk melewatkan vaksin Covid-19 dosis kedua, terutama karena sebagian besar tidak kambuh dengan dosis berikutnya.
“Bagi mereka yang terjadi dalam beberapa jam setelah vaksinasi, atau untuk reaksi parah setiap saat, pasien harus menemui ahli alergi atau imunologi yang dapat mengevaluasi dan memberikan panduan tentang vaksinasi dosis 2,” kata Lacey.***AS