SAMOSIR (Kontroversinews.com) – Persoalan ikan mas dianggap hama ini disampaikan oleh Kepala Ilmuwan Institut Arthur Rylah Bidang Penelitian Lingkungan, Jarod Lyon. Menurutnya, di beberapa lahan basah, jumlah ikan mas bisa mencapai 1.000 kg per hektare. Jumlah ini, menurutnya, akan berdampak jauh melebihi apa yang diketahui.
Populasi ikan mas di Australia juga disebut terus bertambah di tahun ini. Sebuah penelitian menyebut 360 juta ekor ikan mas tinggal di saluran air Australia.
Peneliti di Australia menganggap ikan mas sebagai hama karena dianggap dapat memicu hancurnya keanekaragaman hayati di wilayah perairan. Beda dengan Australia, ikan mas di Danau Toba, Sumatera Utara, kerap jadi mitos terjadinya bencana.
Ikan mas yang dikenal dengan nama ‘common carp’ (Cyprinus carpio) di Australia terkenal sebagai ikan pemakan lumpur dan perusak kualitas air. Dr Lyon mengatakan ikan tersebut mengancam keanekaragaman hayati di Australia.
Berbeda dengan Australia yang menganggap ikan mas sebagai hama. Di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara (Sumut), ikan mas ini malah kerap dikaitkan dengan bencana.
Mitos itu terkait penangkapan ikan mas berukuran jumbo dari Danau Toba yang dianggap bisa memicu bencana. Dalam catatan detikcom, setidaknya ada dua peristiwa yang dikait-kaitkan dengan ikan mas Danau Toba.
Mitos ini pernah dikait-kaitkan dengan tenggelamnya KM Sinar Bangun pada 2018. Polisi telah menepis isu tersebut dan meminta masyarakat tak mengait-ngaitkan tragedi ini dengan hal-hal lain.
Pada 2020, mitos penangkapan ikan mas memicu bencana juga muncul lagi saat erupsi Gunung Sinabung terjadi. Isu itu dimunculkan salah satunya oleh akun Twitter @_aljzair. Dia mengaitkan erupsi Gunung Sinabung serta tragedi tenggelamnya KM Sinar Bangun dengan ikan mas jumbo yang muncul di Danau Toba.
Isu itu kemudian dibantah keras oleh Kepala Pos Pemantau Gunung Sinabung, Armen. Dia mengatakan erupsi Sinabung terjadi karena tekanan magma, bukan karena kemunculan ikan mas.
“Nggak ada (kaitannya). Erupsi itu terjadi karena tekanan magma yang di gunung api,” kata Armen, Rabu (12/8/2020).
Antropolog dari Universitas Negeri Medan, Erond L Damanik, juga menyebut isu kaitan ikan mas dengan bencana itu hanya mitos. Erond mengatakan tidak ada hubungan ikan mas dengan erupsi Sinabung.
“Nggak ada hubungannya juga antara mitos seperti itu dengan natural error, seperti Sinabung. Itu kan kebetulan saja, antara itu dua hal yang berbeda,” ucap Erond.
Erond kemudian menceritakan soal awal mula mitos ikan mas di Danau Toba. Dia mengatakan ada mitos soal pembentukan Danau Toba karena seorang pria menangkap ikan mas yang merupakan jelmaan wanita.
“Memang, kalau di dalam salah satu mitologi, terjadinya Danau Toba itu kan soal seorang laki-laki yang menangkap ikan di sungai tapi ikan itu jelmaan ikan mas,” ucapnya.
Erond mengatakan, dalam cerita itu, ikan mas yang ditangkap berubah menjadi seorang wanita dan dinikahi dengan pria itu. Namun, pria itu diberikan syarat agar tidak memberitahu ke siapapun kalau wanita itu adalah jelmaan ikan mas.
Singkat cerita, syarat itu dilanggar saat keduanya memiliki anak. Si pria mengumpat dengan menyebut anaknya merupakan keturunan ikan.
“Si anak kemudian melapor sama ibunya ‘betulkah aku anak ikan?’ ‘Siapa yang bilang?’ ‘Ayahku’. Kemudian marahlah si ibu ini, pergi dia ke puncak yang paling tinggi di sekitar Samosir dan dia berdoa kepada dewa. Turunlah hujan selama satu minggu dan lama-kelamaan terjadilah Danau Toba itu,” ucapnya.