BANDUNG (Kontroversinews.com) – Saat berpuasa tubuh perlu penyesuaian terhadap jam makan yang bergeser serta volume makanan yang masuk. Kebutuhan untuk tetap bertenaga saat berpuasa juga turut mempengaruhi jenis makanan apa saja yang perlu dikonsumsi saat sahur atau berbuka. Kesempatan untuk diet demi gaya hidup sehat.
Komposisi menu yang baik adalah yang mengandung karbohidrat, sayur, protein, buah, dan air putih. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan untuk kenyang dalam waktu lama serta bisa menyediakan energi secara konstan dari sahur sampai berbuka.
“Ini yang kita kenal dengan empat sehat lima sempurna. Ini perlu dikonsumsi, baik di dalam bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan,” kata Ahli Gizi Mochammad Rizal dalam program e-Life.
Terkait budaya orang Indonesia yang gemar mengonsumsi makanan dan minuman manis untuk sahur dan berbuka, Rizal tidak menentang hal tersebut. Hanya saja, ia mengingatkan untuk membatasi jumlahnya.
“Tetap dibeli saja (makanan dan minuman manisnya), tapi simpan di kulkas dulu, lalu dikonsumsi setelah tarawih atau 2-3 jam setelah makan utama. Cukup minum dengan mangkuk kecil yang 250 ml,” terang Rizal.
Puasa itu sejatinya menyehatkan, tapi hal ini bisa terasa menantang bagi orang dengan masalah lambung. Oleh karena itu, Rizal menyarankan untuk konsultasi ke dokter terlebih dahulu, lalu sesuaikan pola makan.
“Kalau dikasih obat sama dokter, tetap diminum rutin. Lalu jangan sahur terburu-buru. Kurangi makanan asam, berlemak, kopi, soda, cokelat, dan peppermint,” katanya.
Lebih lanjut, puasa seringkali dijadikan momen untuk menurunkan berat badan. Alasannya adalah karena jam makan dibatasi hanya sekitar 10 jam, sehingga volume makanan yang masuk hanya sedikit.
Hal ini diiyakan oleh Rizal, akan tetapi dengan catatan bahwa pola makan tidak boleh terlalu restriktif atau ekstrem. “Kalau tidak dilengkapi dengan gizi seimbang, otomatis ini tidak aman. Tubuh akan kehilangan banyak zat gizi, apalagi saat pandemi imun turun,” jelasnya.
Terkait porsi makan yang dianjurkan, Rizal mengacu salah satunya pada pedoman “Piring T”, di mana setengah piring diisi sayur, lalu seperempatnya adalah protein, dan seperempatnya lagi diisi karbohidrat.
“Tipsnya adalah kalau mau makan ambil sayurnya dulu, jangan nasinya, biar nasinya nggak kebanyakan,” tambahnya.
Puasa juga tidak jadi halangan untuk tetap berolahraga. Adapun yang perlu diperhatikan adalah waktu berolahraga, intensitasnya, serta preferensi jenis olahraga.
“Olahraga sebelum berbuka puasa itu direkomendasikan. Karena setelah olahraga, bisa langsung dapat mengasup zat gizi. Kemudian, intensitasnya dari rendah ke sedang saja. Sesuaikan dengan status kebugaran, fleksibilitas, dan kekuatan otot,” jelas Rizal yang telah dilansir dati detikcom.
Rizal juga menambahkan bahwa penting untuk melakukan olahraga yang disukai. Hal ini bertujuan agar tetap konsisten dalam menjalaninya.***AS