BPODT dan HPI Sosialisasi Protokol Kepariwisataan New Normal Buat Pemandu Wisata se Kawasan Danau Toba.

oleh
Balige | Kontroversinews-Lebih dari 200 orang Pramuwisata (pemandu wisata) yang tergabung dalam Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) DPD Provinsi Sumatera Utara mengikuti pertemuan yang diselengarakan Badan Pengelola Otorita Danau Toba (BPODT), Selasa 28 Juli 2020, di Labersa Hotel, Balige kabupaten Tobasa.
Pertemuan tatap muka dibawah tema “Pemutahiran Informasi Pramuwisata di Era New Normal Dalam Mendukung Geopark Kaldera Toba” digelar dengan tetap mematuhi protokol kesehatan (pakai masker, cuci tangan, jaga jarak) dikombinasi dengan protokol wisata berlabel CHS (clean, health, save).
Peserta yang mengikuti pertemuan ini merupakan pengurus dan anggota dari 7 kabupaten se kawasan Danau Toba serta 19 orang dari DPD HPI provinsi Sumatera Utara, menghadirkan narasumber Rommy Fauzi, Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan BPODT dan Kus Endro, Ketua DPD HPI Sumut.
Dalam sambutan dan paparan singkatnya Rommy Fauzi mengatakan bahwa tugasi utama BPODT adalah mengundang investasi. Sementara fungsinya adalah koordinatif dan otoritatif yakni pengembangan 400 ha lahan pada 3 desa di Sibisa menjadi kawasan wisata internasional untuk segmen wisatawan kelas atas.
Menurut Rommy, dengan diterimanya Kaldera Toba menjadi Anggota Jaringan Global Geopark Unesco pada 7 Juli 2020, maka buat Indonesia khususnya provinsi Sumut, kawasan Danau Toba akan menjadi rebutan bagi orang luar terutama untuk mengungkap potensi geologi yang tersimpan.
Lebih lanjut dikatakan Rommy Fauzi, sejak munculnya covid-19 di dunia, maka yang paling banyak mengalami dampak ekonomi adalah industri/usaha sektor pariwisata, bahkan boleh dikatakan sangat parah. Baik sektor transportasi, hotel-restoran, destinasi wisata bahkan pramuwisata/ kepemanduan (tourist guide).
Karenanya mendengar keluhan dan teriakan para pengelola industri’usaha kepariwisataan yang berharap agar pemerintah segera membuka pintu kepariwisataan. Pihak Kemenparekraf dan BPODT melakukan kajian dan dengan kehati-hatian segera membuka destinasi wisata dengan prosedur operasional standar (SOP) pada setiap sektor-elemen kepariwisataan.
“Kita lebih berhati-hati, supaya jangan timbul episentrum baru penyebaran covid ini, dan untuk itu perlu dilakukan pelatihan” ujar Rommy seraya menambahkan pihaknya telah menerbitkan 2 buku panduan.
Selanjutnya Ketua DPD Sumut Kus Endro dalam paparannya menjelaskan bahwa masyarakat kini menjadi paranoid covid-19, namun kita harus berpikir akan adanya hikmahnya yakni udara bersih, polusi berkurang, danau makin bersih, bahkan warga menjadi lebih hemat.
“Kita di HPI sudah menetapkan SOP HPI yang dikombinasiksn dengan Protokol Kesehatan dari Pemerintah. Artinya dalam new normal, masyarakat dan pelaku wisata harus mau melakukan perubahan. Kita para pemandu wisata dan masyarakat wisata harus perduli terhadap protokol wisata jika tidak wisatawan akan pindah ke destinasi lain,” terang Kus Endro yang juga Korwil HPI Sumatera ini.
Lebih lanjut Endro mengatakan bahwa HPI harus memiliki pengetahuan dan pemahaman atas pandemi covid-19, supaya para pemandu bisa menjaga diri dan para tamu (wisatawan)
“Jadi tugas HPI sebagai komunitas pemandu, harus mampu menciptakan dan memberi rasa aman dan nyaman buat para wisatawan. Stay Healthy-Keep Healthy anda Save Lives ini menjadi panduan dan aksi yang harus dilakukan pemandu”, tegas Ketua DPD provinsi Sumut itu.
Kus Endro menyampaikan apresiasinya kepada semua pihak yang telah mampu meraih pengakuan UNESCO atas Geopark Kaldera Toba sebagai anggota jejaring taman bumi global. Namun dia mengingatkan agar Indonesia khususnya warga kawasan Danau Toba (baca: Geopark Toba), tidak seedar menikmati ciptaan Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah Nya yang maha dahsyat dan unik.
“Cepat atau lambat Geopark Kaldera Toba (GKT) akan dipromosikan di dunia, sebagai sesuatu yang unik dan lengkap geodiversity, biodiversity dan potensi ekonominya, namun masyarakat harus berubah, pariwisata itu penting menerima perubahan. Maka sudah saatnya kita harus kreatif, merubah sikap-pengetahuan untuk bisa menjadi pelaku/pemain dan tidak sekedar penonton atas kekayaan Danau Toba” sebutnya Endro lagi.
Kus Endro pada sesi berikutnya memaparkan cerita-sejarah geologi hingga terbentuknya warisan geologis setelah letusan gunung Toba 75.000 hingga 500.000 tahun yang lalu. Dia juga mengaitkan hubungan Kepemanduan dengan Geopark Kaldera Toba sebagai Geowisata.
Di akhir sesinya, Kus Endro memotivasi para pemandu wisata untuk selalu belajar menambah pengetahuan, memiliki keterampilan, dan memiliki sikap yang jujur-aktif-promotif.
“Jangan bangga tinggal dikawasan Geopark, namun tidak bisa bercerita tentang geopark, jangan bangga menjadi orang Batak jika tidak tahu menahu tentang adat-seni-budaya Batak. Pramuwisata itu harus aktif kreatif, msmpu bercerita (story telling). Jangan diam dengan anugerah, buat pramuwisata diam itu bukan emas tetapi musibah,” pungkasnya.(sdbs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *