BANDUNG (Kontroversinews.com) – Selama ini menjalani pola makan vegetarian atau mengurangi konsumsi daging dinilai lebih sehat. Peneliti dari University of Southern California menemukan orang-orang dengan pola makan kaya protein hewani, empat kali lebih mungkin untuk meninggal akibat kanker dibandingkan dengan mereka yang makan daging dalam jumlah sedikit atau sedang.
Dengan mengurangi asupan daging, keju, dan telur, dan menggantinya dengan sayuran berkualitas tinggi, kacang-kacangan, dan biji-bijian, tubuh akan menjadi lebih sehat. Sementara itu, adanya wabah virus corona Covid-19 kemudian menimbulkan pertanyaan, bisakah pola makan vegetarian mencegah seseorang terserang Covid-19? Melansir dari Medical News Today, pola makan vegan atau pola makan nabati tidak bisa mencegah seseorang terinfeksi, namun pola makan ini bisa membantu terbentuknya sistem kekebalan yang sehat.
Pola makan nabati memiliki manfaat kesehatan termasuk baik untuk berat badan, metabolisme energi, dan peradangan sistemik. Keuntungan tersebut bisa mendukung sistem kekebalan yang lebih sehat dan menurunkan risiko seseorang terkena dampak parah Covid-19. Meski demikian, penting untuk diketahui bahwa pola makan nabati sebenarnya berbeda dengan menyebut seseorang sebagai vegan.
Adapun pada orang yang menggunakan pola makan nabati umumnya mereka memiliki pola makan yang sebagian besar menggunakan makanan mentah yang fresh dan utuh. Mereka memilih pendekatan tersebut karena alasan kesehatan, lingkungan maupun etika.
Melansir dari Kompas.com, pola makan nabati tidak serta-merta berhubungan pada peningkatan sistem kekebalan. Seseorang yang menerapkan pola makan nabati bisa saja memiliki kesehatan yang buruk karena terlalu banyak mengonsumsi makanan olahan, alternatif nabati dan lemak nabati. Bila seseorang makan makanan olahan dan sedikit sayuran serta sedikit buah dan tidak melengkapi nutrisinya maka mereka justru melawan potensi manfaat dari pola makan nabati.
Sejumlah manfaat pola makan nabati yakni:
1. Punya banyak vitamin mineral
British Journal of Nutrition menunjukkan bahwa orang dengan tingkat mikronutrien optimal mungkin lebih tahan terhadap Covid-19. Mikronutrien merupakan vitamin dan mineral yang didapat seseorang dari makanannya. Makanan nabati mengandung banyak vitamin dan mineral yang penting untuk kekebalan seperti seng, selenium dan vitamin A, C, dan E.
Selenium merupakan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan sistem kekebalan dan fungsi kognitif. Orang yang memiliki cukup asuan vitamin dan mineral maka berpotensi memiliki sistem kekebalan yang baik untuk meningkatkan ketahanannya melawan Covid-19.
2. Mengandung antioksidan Buah dan sayur memiliki antioksidan yang tinggi.
Antioksidan merupakan senyawa untuk melawan radikal bebas dan melawan stres oksidatif. Selain itu buah dan sayur juga mengandung senyawa tumbuhan seperti polifenol yang juga berperan sebagai antioksidan. Sebuah tinjauan penelitian menyebutkan stres oksidatif dapat memperburuk kondisi seseorang dengan Covid-19, karena itulah pola makan nabati yang memiliki antioksidan tinggi maupun polifenol diharapkan bisa melindungi dari Covid-19.
3. Dukungan mikrobioma usus yang sehat
Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa SARS-Cov-2 mengubah mikrobiota usus dan probiotik ataupun prebiotik. Serat dalam makanan nabati menyediakan prebiotik untuk memberi makan bakteri usus. Penelitian menunjukkan bahwa pola makan nabati bisa mempengaruhi mikrobioma usus dengan baik dan meningkatkan keanekaragaman bakteri yang kemudian mengurangi peradangan. Sebuah ulasan tahun 2020 menyebut pola makan kaya serat nabati mungkin telah melindungi pasien Covid-19 di India. Sehingga penulis menyarankan makan-makanan nabati cenderung meningkatkan mikrobiota usus yang mampu memicu respons anti-inflamasi.
4. Penurunan obesitas dan komorbid
Pola makan nabati mambantu menghindarkan seseorang dari obesitas dan kondisi kesehatan lain. Penelitian menunjukkan infeksi SARS-Cov-2 mengakibatkan peningkatan risiko keparahan penyakit lebih besar bagi penderita diabetes atau obesitas. Obesitas merupakan kondisi medis mendasar yang banyak dilaporkan terjadi pada tenaga kesehatan yang dirawat di rumah sakit akibat Covid-19 di AS.***AS