Kontroversinews.com – Menurut data Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), angka kejadian penyakit jantung bawaan (PJB) di Indonesia diperkirakan mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup.
Angka tersebut setara dengan 9 banding 1.000 kelahiran hidup setiap tahunnya, dengan 30 persen di antaranya memperlihatkan gejala pada minggu-minggu pertama kehidupan, di mana sebagian besar pasien PJB terabaikan (tidak ditangani dengan benar).
Spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K), menjelaskan, PJB dapat disebabkan karena malnutrisi atau infeksi yang dialami selama masa kehamilan.
“Masalah utama dari PJB adalah diagnosa dini dan penanganan, karena tidak meratanya sebaran fasilitas yang dapat menangani PJB di Indonesia, sehingga banyak kasus PJB yang berakhir dengan kematian,” ujarnya saat Zoom Media Gathering Program CSR Penanganan Kasus Penyakit Jantung Bawaan yang digelar Heartology Cardiovascular Centre, Sabtu 19 Maret 2022.
Untungnya, dokter Radityo mengatakan, seiring dengan kemajuan teknologi di bidang kedokteran, khususnya dalam bidang intervensi kardiologi anak, sebagian anak penderita PJB tidak perlu lagi melakukan operasi atau pembedahan terbuka.
“Metode pilihan utama untuk menangani kasus PJB tertentu adalah prosedur intervensi menggunakan kateter. Intervensi menggunakan kateter memiliki beberapa keuntungan, di antaranya risiko atau komplikasi relatif lebih rendah, masa rawat di rumah sakit dan waktu pemulihan yang lebih singkat, serta biaya yang lebih murah. Selain itu, waktu pengerjaan tindakan juga lebih singkat,” paparnya.
Adapun yang dilakukan dalam program ini meliputi dua prosedur PDA (Patent Ductus Arteriosus), Closure untuk bayi berusia 9 bulan, serta 1 prosedur ASD (Atrial Septal Defect) Closure untuk anak berusia 8 tahun. “PDA merupakan kondisi di mana pembuluh darah yang menghubungkan aorta dan arteri paru tetap terbuka.
Kemudian lubang ditutup menggunakan device Penutupan PDA. Sedangkan ASD merupakan kondisi di mana adanya lubang pada serambi jantung yang mengakibatkan aliran darah menjadi tidak normal yang kemudian ditutup dengan device penutupan ASD,” bebernya.
Radityo lebih lanjut menjelaskan, tindakan intervensi kateter ini dilakukan dengan metode zero fluroskopi (tanpa radiasi). Radiasi diketahui dapat menimbulkan efek jangka panjang untuk pasien, dokter dan tim laboratorium kateterisasi.
Spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K)., menambahkan, prosedur tersebut menggunakan bantuan imaging murni dari ekokardiografi. Heartology Cardiovascular Center dan Brawijaya Hospital Saharjo berkolaborasi dengan Yayasan Jantung Indonesia (YJI), menyelenggarakan tiga prosedur bagi anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB).