BANDUNG (Kontroversinews.com) – Ketika berada di lingkungan atau rumah baru, sebagian orang merasakan hal berbeda. Salah satunya adalah susah tidur. Ya, mereka harus beradaptasi terlebih dahulu untuk bisa tidur dengan lelap.
Sulit tidur saat berada di lingkungan atau rumah baru kerap dirasakan. Tempat penginapan maupun kamar hotel juga bisa membuat tidur kurang pulas dan tidak nyenyak. Sejumlah ilmuwan menyatakan kondisi ini terjadi karena ada kewaspadaan yang konstan di dalam diri manusia.
Ilmuwan telah menemukan gelombang lambat unihemispheric (unihemispheric slow-wave sleep/USWS) pada diri manusia yang menandakan hanya setengah dari otak yang tidur pada satu waktu. Ilmuwan menyatakan ketika tidur juga menyadari adanya efek malam pertama (first-night effect/FNE) dalam diri manusia.
Sebagaimana dilansir laman Mental Floss, ilmuwan merekrut 35 sukarelawan untuk dibawa ke laboratorium tidur. Para sukarelawan dihubungkan dengan mesin yang mengukur detak jantung, kadar oksigen darah, pernapasan, gerakan mata dan kaki, serta aktivitas di kedua sisi otak.
Para ilmuwan fokus pada aktivitas gelombang lambat (slow-wave activity/SWA), sejenis perilaku otak yang menunjukkan seberapa dalam seseorang tertidur. Mereka menemukan pada malam pertama tidur, subjek secara konsisten lebih banyak dalam keadaan terjaga di separuh kiri otak mereka. Belahan kiri juga lebih sensitif terhadap suara-suara aneh.
Satu pekan kemudian ketika subjek kembali tidur di laboratorium, ada lebih banyak kesimetrian dalam aktivitas otak. Hal ini menunjukkan mereka telah terbiasa dengan lingkungan yang sekarang dikenalnya.
Mengutip dari Okezone, para ilmuwan juga mengatakan FNE tidak selalu terjadi pada setiap manusia. Otak manusia sangat fleksibel. Bagi orang yang sudah biasa bepergian dan tinggal di tempat baru kemugkinan tidak lagi merasa kesulitan tidur.***AS