KERTASARI Kontroversinews.com – Kabupaten Bandung diketahui memiliki lahan pertanian komoditas kentang seluas 200 sampai 250 hektar, sehingga dalam setahun tak kurang dari 50 ribu ton kentang berhasil dipanen. Capaian tersebut membuat Kabupaten Bandung menjadi daerah yang mampu berkontribusi terhadap kebutuhan kentang di Jawa Barat sebesar 24-26 persen.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, H. Tisna Umaran mengatakan produksi kentang asal Kabupaten Bandung relatif tinggi, sehingga bisa memberikan kontribusi untuk kebutuhan di Jabar antara 24-26 persen. Di lahan seluas sekitar 200 sampai 250 hektar, lanjut Tisna, tidak selamanya ditanami kentang, tapi terkadang juga ditanami jagung manis.
“Kadang-kadang ada pergiliran tanam, diantaranya ditanami jagung manis kemudian tanam kentang lagi,” kata Tisna kepada wartawan saat panen raya kentang di Kertasari, beberapa waktu yang lalu.
“Setahun itu produksi kentang di Kabupaten Bandung bisa mencapai 40.000 ton sampai 50.000 ton,” sambungnya.
Menurut Tisna, sumber daya manusia (SDM) di Kabupaten Bandung itu paling paham tentang pertanian kentang. Karena di Kabupaten Bandung terdapat balai pembibitan kentang di Kecamatan Kertasari yang dikerjasamakan dengan pihak lain.
“Ada petani asal Kabupaten Bandung yang diperkerjakan ke Sulawesi Selatan. Itu orang Pangalengan, ke Sulawesi Selatan untuk tanam kentang,” tutur Tisna.u
Banyak petani di Kabupaten Bandung yang menanam kentang di lahan kawasan, baik kawasan Kehutanan maupun di Perkebunan. Kata Tisna, Perkebunan memiliki program pemberdayaan masyarakat desa kebun. Di lahan Pekebunan, petani menanam kentang dengan sistem tumpang sari dengan tanaman keras.
“Diharapkan tanam kentang terus berjalan, tetapi terkait konservasinya bisa dikendalikan,” jelas Tisna.
Di tempat yang sama, Tisna juga menyinggung soal ketersediaan pangan jelang Ramadan. Katanya, ketersediaan sejumlah bahan pokok seperti cabe keriting, bawang merah, dan beras relatif aman. Namun yang menjadi perhatianj adalah terkait dengan kondisi cuaca, dimana saat ini hujan terus turun. Sehingga, kata Tisna, petani harus bisa menyiapkan langkah-langkah untuk mengatasi masalah penyakit busuk buah.
“Namun yang dikhawatirkan menjadi masalah itu ketersediaan daging sapi yang harganya tinggi karena harga daging sapi dari Australia tengah merangkak naik,” tutur Tisna.
Pihaknya berencana untuk menggelar operasi pasar daging beku. Diungkapkan Tisna, harga daging beku saat ini sebesar Rp90 ribu per kilogram. Pelaksanaan operasi pasar daging beku itu perlu dikoordinasikan dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian, agar bisa dijangkau oleh masyarakat.
“Daging beku juga tak ada masalah dalam ketersediaan gizinya. Tetapi terkadang masyarakat ingin daging yang segar,” pungkas Tisna.