KUPANG (Kontroversinews.com) – SD GMIT Oehani dan SMP Satu Atap Negeri 3 Taebenu di Desa Kuaklao, Kecamatan Tabenu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) diobrak-abrik orang tak dikenal, Kamis (16/9) siang kemarin.
Sejumlah foto yang beberapa dan viral di media sosial menunjukkan, fasilitas sekolah seperti meja, kursi, buku-buku dirusak. Bahkan dalam foto nampak bendera merah putih pun dibiarkan jatuh di lantai.
Warga Desa Kuaklao, Simson Yunedi Tanu yang rumahnya tidak jauh dari sekolah tersebut menjelaskan, saat kejadian kampung mereka sepi ditinggal warga karena mengikuti ibadah pemakaman di kampung tetangga.
Menurut Simson, anak-anak menceritakan bahwa saat itu mereka melihat sebuah mobil parkir di depan sekolah.
Setelah itu dua orang turun memakai pakaian serba hitam serta bertopeng dan menanyakan kepada anak-anak, apakah benar yang mereka tuju SD GMIT Oehani.
Setelah mendapat jawaban yang benar, kedua orang tersebut berjalan masuk ke dalam sekolah, lalu merusak fasilitas di dalam kelas yang hingga saat ini, warga mengaku belum mengetahui motif dari kejadian ini.
“Kejadian sekitar jam 2 lewat ato jam 3 lewat. Kami pulang dari ibadah pemakaman baru anak-anak cerita. Katanya dua orang pake topeng dan masuk kasi rusak meja kursi di dalam kelas, anak-anak hanya dengar bunyi dari luar,” jelasnya, Sabtu (17/9).
Menurut Simson, saat kejadian seluruh siswa sudah pulang ke rumah masing-masing karena pemberlakuan sekolah tatap muka terbatas. Sebelum kejadian ada juga kegiatan dari sebuah LSM di sekolah tersebut, namun telah selesai.
“Tetangga yang dekat sekolah waktu itu tidak ikutan ibadah pemakaman di desa sebelah jadi dia dengar, ada yang banting-banting barang dalam sekolah. Tapi dia berpikir bahwa itu mungkin anak-anak yang sedang bermain di kompleks sekolah,” ungkapnya melalui sambungan telepon whatsapp.
Simson mengaku, sebagai masyarakat yang langsung berdekatan dengan sekolah tidak ingin ada polemik sehingga dekati kepala sekolah, lalu menelpon babinsa dan bhabinkamtibmas untuk berkoordinasi, lalu melaporkan kejadian ini ke Polsek Kupang Tengah untuk ditangani.
“Setelah lapor di Polsek Kupang Tengah, mereka hanya arahkan bahwa pulang saja nanti kasi tinggal nomor telepon supaya nanti ada masalah lagi tinggal telepon dong (Polsek Kupang Tengah),” ujarnya.
Yang menjadi kekuatiran Simson dan warga lainnya adalah saling curiga antar mereka, jika ini tidak cepat ditangani oleh kepolisian. Bahkan dia menilai kejadian ini merupakan salah satu bentuk teror terhadap mereka.
“Kami berharap polisi menangani persoalan ini sehingga menjadi terang, jangan sampai ada dari pihak sekolah sendiri yang bermasalah dengan pihak luar, atau seperti apa kami kurang tau juga. Tapi ini kan salah karena mereka merusak fasilitas umum, apalagi fasilitas pendidikan,” pungkasnya.
Kapolres Kupang, AKBP Aldinan RJH Manurung yang dikonfirmasi Jumat (17/9) petang menyatakan, pihaknya sedang melakukan penyelidikan dengan menggali keterangan dari saksi-saki guna memburu para terduga pelaku.
“Anggota masih melakukan olah tempat kejadian perkara,” jelas Aldinan.
Sumber:Merdeka.com