Solo | Kontroversinews.– Mungkin belum banyak yang tahu kalau Kota Solo merupakan kota di Jawa Tengah yang khas dengan kuliner gukguk-nya.
Rupanya, anjing-anjing yang dikonsumsi dipasok dari luar Solo dengan harga Rp 250.000 – Rp 300.000 per ekor. Warga Solo, khususnya yang menjual olahan daging anjing, memiliki sebutan sendiri untuk warung kaki lima mereka. Warung-warung tersebut melabeli dengan sebutan sate jamu.
Salah satu pemilik warung bahkan menyebutkan darimana saja ia mendapatkan pasokan anjing yang dijual. Dialah Tuti, wanita berusia 41 tahun pemilik Warung Rica-Rica Guguk Scoobydoo yang telah berjualan sejak tahun 2010. Ia menyebutkan anjing yang dia olah untuk dijual dipasok dari beberapa wilayah di Jawa Barat, seperti Pangandaran, Ciamis, Garut, dan banyak lainnya.
Faktanya, di Kota Solo sendiri juga ada tempat jagal anjing yang terkenal. Lokasinya berada di kawasan Solo bagian utara. Ada setidaknya tujuh tempat penjagalan antara lain Gilingan, Bonoloyo, dan kawasan Palang Joglo.
Tempat-tempat tersebut per hari bisa menyembelih hingga 23 ekor anjing. Sementara di tempat-tempat kecil hanya mampu dua sampai tiga ekor saja. Tempat penjagalan tersebut ketika dilihat dari luar memang tampak seperti rumah pada umumnya.
Heru Krisnadi, seorang penikmat daging anjing asal Solo, mengaku tidak hanya menyukai rasa dagingnya. Melainkan juga sensasi hangat yang menjadikannya lebih energik. Padahal pria ini memelihara seekor anjing di rumahnya.
“Saya punya seekor anjing, tetapi saya tidak tega menyantap anjing milik sendiri. Saya tak peduli bagaimana anjing-anjing itu dibunuh, selama saya tidak melihat prosesnya,” ujar Heru seperti yang dikutip dari The Jakarta Post melalui Kompas.com, Rabu (21/2/2018).
Menurut para aktivis hewan, sebelum disembelih dan dagingnya dikonsumsi untuk para penggemar kuliner ekstrem, anjing-anjing tersebut disiksa dan diperlakukan secara brutal. Meski demikian, pemerintah Kota Solo seakan tutup mata dan telinga akan hal ini.
Padahal warung-warung daging anjing sangat mudah ditemui di Kota Solo. Budaya mengonsumsi daging anjing rupanya sudah dilakukan sejak puluhan tahun silam. Keberadaannya tak pernah diusik oleh pemerintah daerah bukan tanpa alasan.
“Kami tak bisa melarangnya karena tak ada regulasi yang bisa digunakan untuk melarang. Tradisi kuliner ini sudah ada sejak dahulu,” kata Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, dikutip dari The Jakarta Post lewat Kompas.com, Rabu (21/2/2018).